Wejangan Paulus terhadap jemaat di Kolose memang merasuk ke dalam berbagai ruang relasi manusia, mulai dari hubungan di dalam komunitas jemaat, di dalam keluarga hingga relasi bermasyarakat. Pada daftar bacaan hari ini kita pun mendapati nasihat dari Paulus mengenai pola hubungan di dalam keluarga yang idealnya dibangun atas kasih yang saling menghargai. Semua peran di dalam keluarga, baik suami, istri maupun anak memiliki tanggung jawab relasional yang sama untuk mewujudkan kasih di dalam keluarga mereka. Tidak ada pihak yang dapat berlaku sewenang-wenang terhadap anggota keluarga lainnya. Bahkan, perkataan Paulus ini cukup terbilang menerobos pemahaman umum yang berlaku pada masa itu, dimana budaya patriakal masih sangat mengental yang menempatkan suami, sebagai laki-laki dalam keluarga dapat berlaku sesukanya terhadap istirnya. Namun, Paulus justru mengingatkan para suami dalam jemaat di Kolose agar tidak berlaku kasar terhadap istri, melainkan mengasihinya dengan sungguh.
Sahabat Alkitab, perkataan Paulus ini mungkin bukanlah ‘barang’ baru yang kita terima, khususnya dalam perjalanan kehidupan sebagai pengikut Kristus. Kita mungkin sudah cukup sering mendengarkan khotbah maupun pengajaran Kristiani yang mengelaborasi tulisan ini secara jauh lebih mendalam. Namun, permenungan firman TUHAN pada hari ini justru akan mengajak kita untuk menggunakan empat ayat dari surat Paulus kepada jemaat di Kolose sebagai bahan evaluasi terhadap kualitas relasi di dalam keluarga kita masing-masing. Apakah orang tua sudah maksimal mengayomi anak-anaknya dengan kasih atau masih dengan sikap otoriter satu arah yang memaksakan seluruh kehendak maupun angan-angannya kepada sang anak? Apakah anak sudah berupaya dengan tulus memberikan kasih penuh hormat kepada orang tua atau masih berkeras hati untuk melawan mereka hanya karena keegoisan diri sendiri? Apakah suami dan istri sudah saling merespons dengan penuh perhatian dalam kasih yang saling memperlengkapi atau masih penuh dengan keinginan untuk saling melukai?
Pertanyaan-pertanyaan di atas memang sederhana. Tulisan Paulus pun tergolong sebagai nasihat yang sederhana, apalagi kalau kita sudah terlalu sering mendengarkannya. Namun, ingatlah seringkali hal yang terkesan sederhana karena sering didengarkan justru menjadi hal yang paling dilupakan meski sebenarnya memiliki dampak yang sangat penting.