Kita mungkin tidak asing dengan peribahasa ‘dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa tahu?’ untuk menggambarkan kemustahilan untuk mengetahui isi hati seseorang. Ada kalanya seseorang berkata baik-baik saja, padahal sedang memendam luka dan dendam. Ada juga orang yang berusaha memalsukan isi hatinya agar terkesan baik di hadapan publik, padahal memiliki niatan buruk terhadap sesamanya. Itulah mengapa, isi hati manusia hanya diketahui oleh pribadi yang bersangkutan dan oleh TUHAN.
Penyair Amsal dalam teks yang kita baca pada hari ini pun menampilkan perihal kualitas hati yang sangat berarti di hadapan TUHAN. Bahkan, seseorang dengan hati yang serong, dalam artian menjauhi setiap nilai-nilai kebenaran firman TUHAN, merupakan sesuatu yang keji di hadapan-Nya. Oleh sebab itu, menjaga kualitas hati merupakan suatu tindakan wajib untuk dipenuhi oleh seluruh umat TUHAN. Menjaga kualitas hati yang tulus dan murni di hadapan TUHAN pun membawa dampak yang sangat positif bagi setiap orang yang mengusahakannya karena hati yang baik membawa kesegaran bagi tubuh dan jiwa. Sedangkan, setiap orang dengan hati yang serong sesungguhnya sedang membawa penyakit untuk tubuh dan jiwanya sendiri.
Sahabat Alkitab, kita memang tidak pernah bias tahu dan memahami kondisi hati orang lain sepenuhnya. Namun, kita memiliki akses yang begitu besar untuk mengenal, mendalami dan memahami hati sendiri. Bahkan, kita pula yang memiliki peran untuk membangun kualitas hati yang sehat atau sebaliknya. Sebagai umat TUHAN, kita pun memiliki tanggung jawab untuk membangun hati yang berkualitas selaras dengan firman-Nya. Kita perlu memberikan fokus yang besar pada kondisi hati dan menyediakan ruang yang besar untuk diisi dengan nilai-nilai kebenaran firman TUHAN.