‘Sebab buah dikenal pohonnya’ merupakan sebuah peribahasa yang menggambarkan mengenai kualitas seseorang yang dikenal dari hasil karyanya. Di dalam kerangka hidup beriman, konsep semacam ini sangatlah relevan dan esensial sebagai bagian dari pengajaran yang muncul dalam Alkitab. Salah satu contohnya dapat ditemukan melalui Amsal 12:7-13 ini. Penyair Amsal dengan tegas menyimpulkan bahwa, “Setiap orang dipuji sepadan dengan akal budinya, tetapi orang yang tumpul pikirannya akan dihina.” Artinya, setiap perilaku yang seseorang tampilkan adalah sesuai dengan kualitas akal budinya yang turut berpengaruh terhadap citranya di harapan orang lain.
Meski demikian, di masa sekarang kita tidaklah kesulitan untuk menjumpai berbagai perilaku hipokrit dari para individu yang menganggap bahwa mereka dapat memanipulasi kualitas kejujuran dan ketulusan. Secara khusus, di era penggunaan media sosial yang begitu masif, tidak sedikit orang yang mencoba untuk membangun citra yang semu melalui berbagai penampilan yang manipulatif. Tidak sedikit orang yang berpura-pura menjunjung tinggi kebenaran, padahal sedang membungkam keadilan. Ada pula orang yang berusaha tampil penuh rasa kemanusiaan, padahal banal hati melihat sesamanya yang tertindas. Begitu pula mereka yang membangun kesan peduli lingkungan, padahal tak acuh terhadap dampak dari pola hidupnya yang sembarangan mengolah sampah.
Bacaan Amsal pada hari ini semestinya cukup menjadi teguran sekaligus ajakan evaluasi bagi setiap umat TUHAN untuk memperhatikan hidupnya. Kita perlu mengingat bahwa segala kata dan laku yang kita hasilkan merupakan pancaran kualitas akal budi, karakter dan iman yang sesungguhnya. Hendaklah kita mawas diri agar tidak terjerat oleh perkataan yang justru merusak, perilaku yang membelenggu maupun pola pikir yang fasik.
