Pada perikop ini kita melihat kesalahan besar yang dilakukan oleh Saul yang juga akan berpengaruh terhadap masa depan pemerintahannya sebagai raja Israel. Pada ayat 10 tertera dengan sangat jelas melalui teguran dari Samuel kepada Saul bahwa inisiatif untuk melakukan upacara kurban bakaran tanpa menunggu kehadiran Samuel adalah sebuah kekeliruan besar. Pertanyaan, “Apa yang telah kau perbuat?” dari Samuel kepada Saul bukanlah sebuah bentuk keingintahuan, melainkan sebuah bentuk pertanyaan retorik yang menyesalkan tindakan Saul tersebut. Saul telah gagal untuk menunggu Samuel.
Perintah dari Samuel agar Saul menunggunya selama tujuh hari sebelum melakukan tindakan apapun sebenarnya bukanlah hal yang baru baginya. Pada beberapa tahun sebelumnya, yakni sebelum ia menjadi raja , Samuel pernah berpesan yang sama kepada Saul dan ia sanggup memenuhinya. Di tengah perjalanan mencari hewan ternak ayahnya, Saul mampu menunggu Samuel untuk menerima firman Tuhan. Namun, sekarang Saul gagal untuk menunggu hingga firman itu datang karena desakan dari rakyat dan kekhawatiran akan goyahnya kekuasaannya sebagai raja. Saul menjawab dengan terus terang bahwa, “Aku melihat rakyat terpencar-pencar meninggalkan aku dan engkau tidak datang sampai waktu yang telah ditentukan, smeentara orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas”
Sahabat Alkitab, kisah ini telah menampilkan kepada kita sebuah gambaran yang sangat nyata dalam hidup keseharian manusia, yaitu takut akan keadaan dan kekhawatiran akan kehilangan sesuatu yang sangat kita inginkan terkadang dapat menuntun kita melakukan sesuatu yang keliru di hadapan Tuhan. Namun, seperti Saul, kita pun diajarkan untuk menunggu dan tidak sembarang bertindak dengan hanya mengandalkan pertimbangan diri sendiri demi memenuhi keinginan yang egosentris. Seringkali bertindak buru-buru tidak berakhir dengan hasil yang baik, entah dalam relasi antara kita dengan Tuhan maupun dalam lingkup lain yang kita temui sehari-hari.