Tuhan menghendaki setiap umat-Nya untuk tetap setia terhadap ketetapan-Nya serta tidak menyimpang dari jalan kebenaran. Hal tersebut memang tidaklah mudah, terutama dalam kedagingan yang seringkali menguasai diri kita. Maka diperlukan keteguhan hati untuk menjaga integritas diri, yang dapat dimaknai keteguhan hati untuk menyelaraskan apa yang kita dengan dari firman-Nya dan perilaku kehidupan kita sehari-hari.
Setelah berhasil merintis pembangunan kembali di Yerusalem, orang-orang Yahudi berusaha untuk memelihara dan membangun kehidupan mereka. Pembangunan kembali tersebut tidak hanya berupa aspek fisik dan material, melainkan juga dimensi spiritualitas bangsa tersebut. Hal itu diperoleh dengan keteguhan hati untuk taat terhadap hukum-hukum-Nya. Inilah yang tergambarkan melalui bacaan kita kali ini. Pada Nehemia 13:1-2 terlihat upaya sadar bangsa tersebut untuk membaca kembali kitab Musa sebagai tuntunan kehidupan pada masa itu. Pada ayat 2 melalui rujukan terhadap kisah orang Amon dan Moab, mereka memutuskan untuk menghindarkan diri dari apa yang Tuhan tidak kehendaki dengan menjaga kemurnian diri dan memisahkan diri orang-orang Israel yang kawin campur dengan bangsa asing.
Mereka juga berupaya agar kesalahan yang sama tidak diulangi kembali pada masa itu. Kemurnian hidup dan integritas diri harus dijunjung penuh. Nehemia marah sekali saat mengetahui bahwa imam Elyasib menyalahgunakan wewenangnya dengan memberikan bilik besar untuk ditinggali Tobia. Padahal tempat itu seharusnya untuk menaruh berbagai piranti peribadahan. Lebih parahnya lagi sumbangan-sumbangan bagi orang Lewi tidak pernah diberikan. Padahal sudah ada ketentuan mengenai hal itu karena orang Lewi mempersembahkan hidup mereka seutuhnya bagi pelayanan bait Allah. Akibatnya orang Lewi tidak dapat menjalankan tugas mereka secara maksimal karena harus mengurus ladang untuk menghidupi diri mereka. Segala penyimpangan-penyimpangan tersebut dengan tegas diluruskan kembali oleh Nehemia. Tidak boleh ada kompromi dalam menegakkan firman Tuhan dan mempertahankan integritas diri.
Kiranya ketegasan Nehemia tersebut juga dapat kita teladani dalam hidup kita sehari-hari. Perjuangan untuk hidup berintegritas memang tidaklah mudah, apalagi dalam menjaga keteguhan hati menaati firman-Nya. Maka diperlukan sikap tanpa kompromi dan penuh ketegasan dalam mewujudkannya. Seringkali dosa hadir saat kita banyak berkompromi terhadap ketidakbenaran, alih-alih pertobatan kita justru menghasilkan pembenaran-pembenaran untuk membenarkan dosa serta kesalahan kita. Mulailah bertekun untuk menaati firman-Nya serta berjuang untuk mewujudkan integritas diri dengan tuntunan Tuhan semata.