Kisah tokoh Alladin mungkin layak untuk dikategorikan sebagai salah satu cerita rakyat paling terkenal di dunia. Cerita yang berasal dari konteks dataran Arab ini semakin dikenal oleh masyarakat dunia pasca salah seorang penulis asal Perancis mengutip kisah tersebut yang membuat masyarakat di Eropa ikut mengenal kisah Alladin. Sejak saat itu, banyak produk hiburan yang mengadopsi kisah dan tokoh Alladin. Garis besar yang muncul dari kisah ini adalah adanya kesempatan untuk mengabulkan sejumlah permintaan yang diberikan oleh sosok imajiner kepada Alladin. Intinya, segala permintaan dapat terpenuhi di dalam kisah Alladin. Alhasil, banyak orang yang mengenal kisah Alladin ini pun mejadikan kondisi demikian sebagai sebuah kondisi utopis atau angan-angan yang terlalu indah, yaitu ‘seandainya saya bisa mendapatkan segala hal yang saya inginkan’.
Namun, ada hal lain yang juga lebih mendasar dan sangat penting untuk digumuli oleh manusia terkait harapan, permintaan dan keinginan yaitu: Bagaimana kita membuat sebuah permintaan yang tepat? Setiap orang tentu memiliki caranya masing-masing yang dianggap benar sesuai dengan tujuan dan kondisi hidup mereka itu sendiri. Namun, sebagai umat Tuhan kita juga perlu mengetahui hal ini dengan belajar dari sosok Salomo. Pada perikop ini, kita melihat Salomo sedang berusaha menyampaikan permintaan kepada Tuhan. Namun langkah yang paling menarik adalah Salomo memulainya dengan mengingat segala hal yang telah Tuhan lakukan kepada ayahnya dan kepada keluarganya. Kemudian, ia mengulas segala situasi dan kondisi hidup yang sedang ia hadapi hingga akhirnya Salomo mengutarakan satu permintaannya kepada Tuhan, yakni: hati yang penuh pengertian yang berasal dari Tuhan.
Sahabat Alkitab, kita perlu mengakui terlebih dahulu bahwa sebagai manusia kita tentu memiliki sejuta hal untuk didapatkan. Ada permintaan yang berdasarkan kebutuhan riil, namun ada banyak pula permintaan yang dilandasi keinginan sementara belaka. Artinya, ada permintaan-permintaan yang tidak tepat, bukan hanya dalam pertimbangan manusia tetapi juga tidak tepat di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, kita pun dapat mengadopsi tindakan Salomo sebagai cara untuk melatih diri dalam melakukan permintaan untuk Tuhan, yaitu: Pertama, mulai dengan mengingat kasih dan karya Tuhan dalam kehidupan kita. Hal ini sangatlah penting karena pada saat kita hanya mengikuti keinginan diri sendiri, kita sangat mudah menilai Tuhan tidak bertindak cukup, bahkan lebih untuk kita. Kedua, ulaslah situasi dan kondisi hidup dengna pikiran jernih, bukan asal dipengaruhi kondisi perasaan yang sementara. Ketiga, utarakanlah permintaan dengan mengacu pada kehendak Tuhan, bukan pada tuntutan nafsu diri sendiri.