Nasihat penyair Amsal pada bacaan hari ini mungkin terkesan cukup tidak relevan dengan kenyataan hidup pada masa sekarang. Pasalnya tidak sedikit kenyataan hidup yang justru menampilkan ketidakadilan, yakni ketika orang yang berusaha hidup benar harus mengalami kondisi yang lebih sulit dibanding mereka yang memilih jalan-jalan kefasikan. Lantas, apa yang sebenarnya harus dilakukan sesuai dengan wejangan dari penyair yang terdengar begitu menjanjikan bagi umat TUHAN?
Pertama, kita perlu menyadari terlebih dahulu bahwa berkat TUHAN tidak terbatas pada persoalan materi. Sebab, jikalau kita menilainya sebagai demikian, maka tanpa kita sadari sesungguhnya kita sedang mengerdilkan kuasa dan luasnya cakupan berkat TUHAN itu sendiri. Kedua, di dalam ayat-ayat ini sesungguhnya penyair Amsal juga sedang membahas perihal keberlanjutan hidup dari orang-orang yang berusaha hidup dengan kebenaran. Ia pun menunjukkan bahwa selalu ada masa depan yang akan terus berlanjut bagi keturunan setiap orang benar dan hal ini merupakan sebuah anugerah ketenangan dalam menjalani hidup yang tidak dapat ditemukan oleh orang-orang yang hidup dengan kefasikan. Ketiga, setiap orang yang hidup benar di hadapan TUHAN juga selalu mampu mengalami kebercukupan untuk tidak terjebak pada kerakusan mengejar harta duniawi yang justru dapat menjerat dia untuk berlaku fasik menggantikan imannya kepada TUHAN.
Sahabat Alkitab, berkat TUHAN selalu tercurah dan memenuhi hidup setiap umat-Nya yang setia menjalani kebenaran. Namun, kita juga harus ingat bahwa berkat TUHAN tidaklah sesempit persoalan harta materi, melainkan juga terkait dengan ketenangan diri dan harapan menjalani hari depan yang terus terasa nyata.