Terdapat sebuah pepatah asing yang berkata, “visi tanpa aksi adalah mimpi di siang hari, sedangkan aksi tanpa visi adalah mimpi buruk”. Pada dasarnya, melalui kalimat ini kita sedang diingatkan bahwa sebuah visi atau tujuan hanya akan tetap menjadi sebuah angan-angan jika tidak disertai dengan tindakan untuk mengupayakannya, sedangkan sebuah upaya tanpa ada tujuan hanya akan menimbulkan kesia-siaan. Itulah mengapa, setiap manusia perlu cermat dalam merancang dan menjalani kehidupannya. Di dalam catatan mengenai kisah persiapan bangsa Israel untuk mulai memasuki wilayah orang Amori pun terdapat dua hal yang serupa dengan konsep ‘tujuan-aksi’.
Pertama, Musa mengingatkan tentang tujuan bangsa Israel melakukan perjalanan panjang dari tanah Mesir yaitu untuk memasuki tanah perjanjian yang sudah TUHAN serahkan untuk mereka. Inilah tujuan besar dari pengembaraan yang mereka lakukan selama sekitar 40 tahun lamanya. Namun, tujuan itu tidak akan terlaksana jika umat Israel tidak pernah melakukan tindakan nyata untuk mewujudkannya. Itulah mengapa pada 3 hari lalu kita melihat seruan dari TUHAN bagi umat Israel untuk melanjutkan perjalanan agar janji yang sudah Ia sediakan dapat terlaksana dalam hidup mereka. Inilah poin kedua dalam perikop ini, yaitu aksi untuk mengerjakan janji-berkat dari TUHAN. Strategi persiapan yang umat Israel lakukan dengan cara melakukan pengintaian terhadap negeri orang Amori ini pun menjadi bentuk aksi untuk mengerjakan berkat TUHAN.
Sahabat Alkitab, firman TUHAN hari ini telah mengajak kita untuk mengimplementasikan keimanan melalui strategi yang konkret dalam menjalani kehidupan keseharian. Setiap hari baru adalah kesempatan untuk menjalani kehidupan dengan tujuan yang sesuai dengan kemuliaan TUHAN dan kita perlu menjalaninya dalam cara yang mencerminkan keimanan yang sejati. Hal yang sungguh disayangkan adalah ketika umat TUHAN menjalani hari-hari tanpa optimisme dan tujuan yang jelas. Alih-alih beriman kepada TUHAN, mereka justru sedang bersikap pasrah dan pasif di hadapan TUHAN. Mereka menyangka bahwa berdoa dan berdiam diri adalah cukup untuk menikmati berkat TUHAN. Padahal, catatan Musa dalam perikop ini sudah menunjukkan bahwa segala janji-berkat TUHAN perlu dikerjakan secara nyata dalam keseharian. Oleh sebab itu, marilah kita jalani setiap hari baru dalam semangat mencapai tujuan hidup yang berkenan di hadapan TUHAN dengan cara yang sesuai dengan firman-Nya.