Sesuatu yang dianggap berharga oleh seseorang tentu tidak akan diperlakukan secara sembarangan, entah pengalaman, pekerjaan, harta, individu lain hingga beragam hal yang berkaitan dengan hidup pribadi yang bersangkutan. Sikap menghargai ini pun selalu dilandasi dengan sebuah kesadaran terhadap nilai dari tiap hal tersebut bagi dirinya. Seseorang tidak mungkin menghargai sesuatu jika tidak menyadari terlebih dahulu seberapa besar nilai hal tersebut untuknya. Begitu pula, sesuatu yang dianggap tidak bernilai cenderung tidak dihargai seperti hal lain yang dianggap lebih bernilai menurut pandangannya.
Pada teks bacaan hari ini, penyair Amsal menunjukkan perbedaan cara pandang dan perilaku antara orang berhikmat dengan orang bodoh. Perbedaan ini secara khusus muncul terkait respons mereka terhadap kualitas hidupnya sebagai seorang manusia. Hal ini tergambar melalui perbandingan yang digunakan oleh penyair Amsal, yakni ketika seorang bodoh merendahkan pentingnya kurban tebusan, sedangkan seorang yang jujur saling menunjukkan kebaikan. Itulah mengapa, tidak mengherankan seorang bodoh yang berusaha mencari hikmat tidak akan menemukan apa pun selain kesia-siaan, sedangkan seorang yang berhikmat akan jauh lebih mudah mendapatkan pengertian. Kegagalan si orang bodoh terjadi karena ketidakselarasan antara cara pandangnya dengan respons nyata yang sesungguhnya. Ia mencari pengertian tanpa memahami sepenuhnya nilai dari hikmat dan segala sikap hidup nyata yang muncul dari hikmat itu sendiri. Ia berlagak mencari hikmat padahal ia sendiri tidak peduli atas nilai dari kurban tebusan yang merupakan perlambangan dari kesadaran kualitas dirinya sebagai manusia yang perlu terus berproses di hadapan TUHAN.
Sahabat Alkitab, Menjalani hidup sebagai umat TUHAN berarti kita memiliki cara pandang yang selaras dengan cara kita menjalani hidup. Setiap orang tentu memiliki tujuan dalam hidupnya untuk mencapai perkembangan dan hal-hal tertentu yang ia anggap penting. Namun, pada saat ini kita juga diajak untuk lebih cermat dan memakani secara mendalam terkait esensi dari setiap hal yang kita anggap penting. Apakah kita sedang mengejar sesuatu yang memang layak untuk diupayakan atau justru kita sedang membuang waktu, tenaga dan pikiran untuk sebuah kesia-siaan?
