Catatan perikop ini telah menjadi bukti tambahan mengenai hubungan dengan TUHAN yang tetap dipertahankan oleh Abia. Pada kelima ayat ini kita diperlihatkan mengenai cara Abia menghadapi peperangan dengan saudara sebangsanya. Ia selalu mengingat peran TUHAN dan menempatkan TUHAN pada posisi utama sebagai pelindung mereka. Dengan kata lain, Abia menghadapi momen peperangan tersebut dengan kesadaran iman yang selalu mengandalkan TUHAN. Tentu saja, hal ini tidak hanya baik untuk perkembangan spiritualitasnya secara pribadi, tetapi juga berdampak besar pada kondisi iman rakyat yang dia pimpin terlebih lagi terhadap iman para prajurit yang ikut bersamanya ke medan peperangan.
Sahabat Alkitab, menyadari dan mengimani bahwa perjalanan yang kita lakukan adalah bersama dengan TUHAN bukanlah sebuah konsep semu, apalagi pengajaran yang klise. Justru, sebagai umat TUHAN memiliki kesadaran dan iman akan hal tersebut merupakan sebuah langkah penting yang akan menghantarkan kita kepada bentuk relasi yang semakin intim bersama TUHAN. Perilaku ini juga akan semakin memupuk kerendahan hati dalam sikap iman kita di hadapan TUHAN maupun di hadapan sesama karena kita menyadari bahwa segala pencapaian yang telah kita lakukan, sedang diusahakan, atau yang akan kita dapatkan merupakan karya TUHAN dalam kehidupan kita.
Meski demikian, membangun kesadaran dan mempersaksikan pengakuan iman akan peran TUHAN juga bukan serta-merta menjadi hal yang mudah untuk dilakukan. Tidak jarang pula kita gagal melakukannya karena besarnya tuntutan ego dari dalam diri untuk diakui dan dihormati oleh lingkungan. Alhasil, dengan sikap yang angkuh kita justru mengakuisisi segala karya TUHAN yang telah dianugerahkan dalam kehidupan ini sebagai pencapaian kekuatan diri sendiri. Oleh sebab itu, sudahkan kita menyadari, mengingat, dan mensyukuri segala karya yang telah TUHAN lakukan dalam kehidupan ini?