Aksi pembelian tanah yang dilakukan oleh nabi Yeremia bukanlah sembarang tindakan jual-beli. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat melekat dengan budaya kehidupan bangsa Israel kuno. Mereka mengenal hukum penebusan properti, seperti ladang tanah dan rumah, yang kepemilikannya melekat pada garis keturunan. Misalnya saja, di dalam Imamat 25:23-34 kita dapat melihat ‘hukum perdata’ yang mengatur perihal praktik gadai dan penebusan properti yang tidak bisa terjadi secara mutlak. Peraturan ini juga memiliki nilai teologis yang sangat kuat dalam pemahaman iman bangsa Israel kuno, yakni mereka mengakui bahwa kepemilikan mutlak terhadap tanah dan segala yang ada di atasnya hanya berada pada Tuhan. Oleh sebab itu, aksi penebusan tanah yang dilakukan Yeremia pun memiliki nilai teologis yang sangat penting.
Kita juga perlu memahami bahwa tindakan ini dilakukan di tengah masa yang sangat kelam dalam sejarah kehidupan bangsa Israel, tepatnya ketika mereka berada dalam masa penjajahan dan mengalami pembuangan ke tanah-tanah asing. Mereka tidak lagi hidup di tanah waris yang mereka dapatkan dari Tuhan. Dengan kata lain, mereka sudah terusir dari tanah Tuhan. Itulah mengapa, praktik penebusan tanah yang dilakukan Yeremia telah menjadi simbol pesan teologis bagi seluruh umat Tuhan bahwa masa penebusan, pembebasan dan kembalinya mereka ke tanah asal akan segera terjadi. Sama seperti Yeremia yang membeli kembali tanah waris keluarganya, begitu pula orang-orang Israel yang sudah tercerabut dari tanah keluarga mereka akan segera kembali. Penebusan itu pun akan terjadi atas upaya inisiatif Tuhan bagi mereka.
Berita pembebasan dari Tuhan ini sekaligus menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan selalu memiliki rancangan yang mendatangkan damai sejahtera bagi umat. Tuhan tidak pernah membiarkan umat-Nya kehilangan keadilan dan hidup jauh dari perhatian-Nya. Kita hanya perlu menunggu waktu Tuhan dalam kesetiaan dan pengharapan kepada-Nya. Terkadang menantikan waktu Tuhan memang begitu berat untuk dijalani. Namun, seperti umat Israel yang perlu menunggu waktu penebusan Tuhan itu menjadi nyata, begitu pula kita perlu melatih spiritualitas dan mental sebagai umat yang tetap setia kepada-Nya.