Perpisahan biasanya selalu menjadi momen yang begitu meresahkan dan dihindari oleh banyak orang. Apalagi, ketika perpisahan itu terjadi di antara pihak-pihak yang sudah memiliki ikatan relasi yang sangat kuat. Hampir dapat dipastikan perasaan kehilangan dan rindu pun akan muncul dalam momen tersebut. Bahkan, bisa saja ada pihak yang berusaha untuk menolak kenyataan dan bersikeras untuk menunda maupun menggagalkan perpisahan. Padahal, perpisahan tidak melulu perlu dihadapi dengan patah semangat. Perpisahan pun memiliki potensi yang akan semakin meningkatkan kualitas ikatan relasi dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

Peristiwa naiknya Tuhan Yesus ke surga juga menjadi sebuah bentuk perpisahan antara Ia dengan para murid-Nya. Namun, perpisahan itu tidaklah menjadi sebuah momen yang menghasilkan patah semangat apalagi lunturnya spiritualitas dan mentalitas para murid. Perpisahan yang terjadi pada saat itu hanyalah secara fisik, bukan secara ikatan relasi iman dan rasa. Bahkan, Tuhan Yesus dengan sangt signifikan mengubahkan momen haru itu menjadi sebuah waktu berharga untuk mentransformasi para murid. Dia membuka pikiran mereka untuk hadirnya pemahaman-pemahaman yang semakin kokoh mengenai seluruh firman-Nya. Dia pun memberikan janji pemenuhan ikatan relasi antara para murid dengan-Nya yang nantinya tergenapi dalam peristiwa Pentakosta. Tuhan Yesus, pada hari kenaikan-Nya ke surga, telah mentransformasi dan memperlengkapi para murid untuk bertumbuh serta berdampak dengan kebenaran Tuhan.

Sahabat Alkitab, pada hari ini kita merayakan peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Hari ini kita pun diajak untuk mengingat, memaknai dan menghidupi momen tersebut sebagai bagian upaya untuk merayakan pemenuhan relasi yang telah Kristus anugerahkan bagi kita. Sama seperti para murid yang mengalami transformasi pemahaman akan firman Tuhan, begitu pun kiranya kita terus bertumbuh dalam pemahaman atas firman-Nya sehingga dapat terus berdampak sebagai murid-murid Kristus.