Cara TUHAN merespons bangsa Israel, secara khusus pada saat mereka bersungut-sungut kepada-Nya, sangat mendidik dan mengubahkan. Maksudnya, TUHAN tidak memberikan respons yang sifatnya ‘aksisdental’ atau hanya sekadar menjawab apa yang menjadi tuntutan dari sungut-sungut bangsa Israel kepada-Nya. TUHAN justru menjawab sungut-sungut mereka dengan tindakan yang membawa perubahan karakter.
Bangsa Israel bersungut-sungut dan menuntut agar tersedia makanan bagi mereka. TUHAN memang menjawab tuntutan mereka, namun respons itu bukan sekadar pemenuhan akan tuntutan bangsa Israel melainkan sebagai pembentukan karakter dan iman bagi mereka. Roti manna yang diturunkan bersamaan dengan lenyapnya embun dari atas tanah telah menjadi pemenuhan tuntutan sekaligus menjadi ‘cobaan’ bangsa Israel. Secara spesifik TUHAN telah mengungkapkan hal itu kepada Musa. Pada ayat 4 TUHAN berkata, “…supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak.” dan pada ayat 16 TUHAN memberikan perintah, “…pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya;”.
Israel selama di padang gugrun adalah bangsa yang terlalu sering bersungut-sungut kepada TUHAN. Mereka seringkali menggunakan persoalan-persoalan kebutuhan dasar sebagai alasan untuk menuntut dan bersungut-sungut kepada-Nya. Itulah mengapa TUHAN memberikan respons yang tidak sekadar menajawab tuntutan tetapi sekaligus dapat membawa mereka untuk mengalami pertubahan karakter. Pemberian roti manna bagi bangsa Israel di padang gurun Sin telah memenuhi tuntutan mereka yang meminta makanan, tetapi pada saat yang sama mereka juga dilatih untuk menguasai dan mengendalikan diri.
Sahabat Alkitab, marilah kita gunakan kisah bangsa Israel yang mendapatkan roti manna dari TUHAN di dalam perikop ini sebagai cermin untuk berefleksi. Cerita ini telah memberikan kita sebuah pelajaran bahwa berkat TUHAN yang kita alami berguna untuk menolong kita menjalani hidup sekaligus menjadi media untuk mengalami pertumbuhan di dalam TUHAN. Kita perlu menikmati segala berkat TUHAN di sepanjang perjalanan hidup ini dengan hikmat agar kita tidak menyalahgunakan berkat TUHAN, tidak menikmatinya secara egois apalagi hingga membuat kita melupakan TUHAN.