Perjalanan di padang gurun memang menjadi proses pembentukan karakter dan iman yang tidak mudah. Hal ini lah yang menjadi tantangan bagi bangsa Israel, dimana mereka perlu untuk memiliki pengendalian diri yang baik. Pengendalian diri itu penting agar mereka tidak melakukan beragam kesalahan, secara khusus di hadapan TUHAN. Misalnya adalah persoalan bersungut-sungut yang gemar mereka lakukan kepada TUHAN.
Pada beberapa bagian pengalaman perjalanan hidup bangsa Israel selama mereka berjalan di padang gurun, kita dapat menemukan banyak sikap yang dihasilkan akibat ketidakmampuan mereka untuk mengendalikan diri di hadapan TUHAN. Pada saat di Mara misalnya, mereka menggunakan kebutuhan akan air sebagai legitimasi untuk bersungut-sungut kepada TUHAN. Sekarang, di padang gurun Sin mereka menggunakan kebutuhan akan makanan sebagai legitimasi untuk kembali bersungut-sungut kepada TUHAN.
Memohon kepada TUHAN tentu bukanlah sesuatu yang salah untuk dilakukan. Namun, bersungut-sungut adalah perkara yang lain. Pada saat kita bersungut-sungut, sesungguhnya kita tidak sedang memohon kepada TUHAN mengenai kebutuhan hidup atau sesuatu yang kita butuhkan di tengah pergumulan. Justru, bersungut-sungut adalah hasil dari ketidakmampuan dalam mengendalikan diri. Sebagai orang beriman, bersungut-sungut bukanlah tindakan yang tepat untuk dilakukan. Kita memang dapat menyampaikan keresahan, dan permohonan kepada TUHAN, itulah bagian dari proses beriman dan ibadah kepada-Nya. Namun, itu tidak berarti kita dapat menuntut TUHAN dalam paksanaan, alih-alih bergantung kepada-Nya.