Kebenaran seringkali menjadi sesuatu yang dihindari untuk didengar dan diungkapkan, secara khusus ketika kebenaran tersebut muncul di tengah situasi yang akan mengganggu keamanan banyak pihak yang hidup menjauhinya. Itulah mengapa, di banyak ruang lingkup budaya hidup manusia di dunia ini muncul banyak aksi pembungkaman terhadap suara-suara kebenaran. Parahnya lagi, banyak orang yang mengetahui kebenaran memilih untuk membungkam dirinya sendiri akibat kekalahan mental di hadapan ketidakbenaran, bahkan meragukan nilai kebenaran itu sendiri. Itulah mengapa, menyuarakan kebenaran merupakan sebuah keahlian yang butuh diiringi oleh keberanian dalam mewujudkannya.
Kisah perjumpaan antara raja Yosafat dan raja Ahab pun menjadi salah satu kisah di Alkitab yang mempersaksikan kepada kita mengenai kebenaran yang seringkali tertolak oleh mereka yang tidak bersedia menerimanya. Raja Ahab memang sudah terbiasa dengan ketidakbenaran, bahkan ia cenderung naif dengan selalu merancang kehadiran suara-suara yang hanya dimaksudkan untuk mendukung pemikiran serta nafsunya niatannya sendiri. Berbeda dengan Ahab, raja Yosafat justru lebih terbuka untuk menerima kebenaran. Alhasil, ia tidak merasa puas dengan suara 400 nabi palsu yang mengatasnamakan TUHAN demi menyetujui rencana raja mereka sendiri. Banyak faktor yang melatarbelakangi tindakan tersebut, misalnya keyamanan hidup yang mereka dapatkan karena bermitra dengan ketidakbenaran atau perasaan takut yang lebih besar dibanding mempertahankan kebenaran. Namun, selain Yosafat yang masih merasa ganjil atas suara keempat ratus nabi tersebut, Mikha pun muncul sebagai orang yang dikenal berani menyuarakan kebenaran.
Sahabat Alkitab, permenungan firman TUHAN ini mengajak kita untuk semakin serius memaknai nilai kebenaran di dalam hidup keseharian. Sebagai umat TUHAN, kita tidaklah dapat berhenti pada tahap sekadar mengenal kebenaran tanpa melakukan aksi nyata untuk merespons kebenaran tersebut. Itulah mengapa, kita perlu membangun kepekaan dalam mengenal kebenaran dan menumbuhkembangkan keahlian dalam mewujudkan kebenaran dengan penuh keberanian di dalam hidup keseharian. Tentu saja, melakukan hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, namun permenungan ini telah menunjukkan bahwa hal tersebut adalah penting untuk diwujudkan.