Musa, seseorang yang awalnya berulang kali menolak panggilan Tuhan untuk menjalani peran sebagai pemimpin untuk membawa umat-Nya keluar dari tanah perbudakan, kini telah mencapai garis akhir tugasnya tersebut. Bahkan, catatan pada ayat 7 menjadi sebuah bukti mengenai kuasa Tuhan yang memang terjadi secara total dalam hidup Musa. Ia disaksikan meninggal pada umurnya yang ke-120 tahun dengan kondisi mata dan kekuatan yang masih fungsional. Artinya, secara fisik Musa sangat mungkin untuk melanjutkan tugas kepemimpinan tersebut, termasuk memimpin bangsa Israel untuk memasuki tanah perjanjian. Namun, apalah kuasa Musa di hadapan keputusan Tuhan yang sudah menetapkan bahwa seluruh orang yang telah berdosa di hadapan-Nya, pada momen-momen awal Dia membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, tidak akan memasuki tanah perjanjian tersebut. Meski demikian, Musa tetap menunjukkan kepatuhan imannya di hadapan Tuhan. Terlepas dari segala dinamika proses kepemimpinan yang dijalani olehnya, Musa telah menyelesaikan tugas tersebut dengan perkenanan Tuhan.
Sahabat Alkitab, menjalani tugas hingga selesai bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Hal ini mungkin terkesan penuh suasana manis di awal, namun berubah menjadi penuh kesulitan di tengah jalan. Terdapat banyak tantangan yang dapat melemahkan semangat jiwa, mengaburkan pandangan dari visi-misi, bahkan menghancurkan keinginan pada diri sendiri untuk menyelesaikan seluruh proses yang ada. Hal ini dapat kita alami di segala aspek kehidupan kita, mulai dalam lingkup berelasi, pekerjaan, sekolah, hingga kehidupan beriman kepada Tuhan. Namun, kisah hidup Musa pada hari ini telah memberikan kita sebuah pengajaran tentang kepatuhan yang perlu diselesaikan dalam iman kepada Tuhan.
Ada banyak tugas dan tanggung jawab yang kita miliki di dunia ini sesuai dengan konteks hidup kita masing-masing. Sekarang, kita pun diajak untuk menjalani semua peran itu dengan penuh pemaknaan iman sehingga setiap karya yang kita lakukan pun dapat menjadi jalur berkat untuk dinikmati oleh orang lain. Kisah hidup Musa pun semestinya cukup untuk menyadarkan kita bahwa tidak jarang karya yang telah kita lakukan dengan penuh jerih-lelah dapat menjadi jalur kehadiran berkat bagi orang lain yang tidak melakukannya semaksimal kita. Namun, inilah bukti lain dari ketulusan dan kepatuhan beriman yang juga perlu kita maknai dalam hidup keseharian.