Umat yang berada di tempat pembuangan mengekspresikan keputusasaan mereka dengan berkeluh kesah, mereka merasa ditinggalkan dan diabaikan oleh Tuhan. Nabi Yesaya menanggapi keluhan tersebut dengan mengingatkan kembali tentang hakikat Tuhan sebagai Allah yang kekal dan pencipta segala sesuatu. Ia tak pernah lelah atau lesu, dan hikmat-Nya tak terbatas. Dengan kata lain, TUHAN tak pernah berhenti melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya bagi seluruh ciptaan. Ini semua terjadi dengan cara yang melampaui pemahaman manusia.
Tidak hanya mengingatkan umat, melainkan Yesaya juga tak henti-hentinya menghibur umat agar mereka percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan kepada umat yang sudah merasa lelah dengan segala dinamika kehidupannya. Tuhan juga memberikan semangat bagi mereka yang merasa tak berdaya. Rasa lelah dan ketidakberdayaan merupakan situasi yang manusiawi. Bahkan orang-orang muda yang biasanya penuh dengan energi dan kekuatan fisik pun bisa merasa lelah dan mengalami kegagalan. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan manusia memiliki batasan. Namun Ia yang tak terbatas itu memberikan janji yang penuh pengharapan bahwa siapapun yang menantikan-Nya akan mendapatkan kekuatan baru. Sehingga mereka dapat berlari tanpa menjadi lelah, dan berjalan tanpa menjadi lesu.
Sahabat Alkitab, berbagai tantangan dan kesulitan merupakan sesuatu yang tak terelakkan dalam kehidupan orang beriman. Kondisi tersebut dapat membuat kita merasa putus asa, kecewa, bahkan menyebabkan kita bersikap mengasihani diri sendiri. Mengasihani diri sendiri adalah reaksi alami ketika seseorang merasa terpuruk dan tidak berdaya. Namun sebagaimana Yesaya mengajak orang-orang Yehuda yang berada di pembuangan untuk terus menaruh harapan dan kepercayaan kepada Tuhan, kita pun diingatkan untuk mengarahkan fokus hidup kepada Tuhan yang menjadi sumber kekuatan dan pengharapan kita.