Sebagai orang percaya sesungguhnya kita menyadari bahwa sumber pertolongan dan pengharapan kita adalah Allah semata. Jika pemahaman ini tidak diresapi dengan baik, maka kemungkinan besar kita akan menyerah atas kehidupan karena tidak memiliki pengharapan. Keputusasaan Yehuda yang tengah mengalami pembuangan tergambarkan dengan baik dalam perikop yang kita baca saat ini. Yehuda digambarkan seperti tulang belulang dalam sebuah penglihatan yang dialami oleh nabi Yehezkiel. Tulang-tulang itu terhampar begitu luas di sebuah lembah untuk menunjukkan betapa banyaknya tulang di hadapan nabi Yehezkiel. Tulang-tulang itu adalah simbol dan penanda keputusasaan bangsa Yehuda. Allah menyentak Yehezkiel dengan pertanyaan, apakah tulang-tulang itu dapat dihidupkan kembali? Dan tanpa ragu Yehezkiel menjawab bahwa itu semua dapat terjadi dengan seizin Allah. Tiada yang mustahil saat Allah berkenan mengubahkan dan memulihkan kondisi manusia. Seburuk apapun sebuah situasi menurut pandangan manusia, Allah dapat memulihkan serta mengubahnya menjadi indah.
Sahabat Alkitab, bukankah kata-kata peneguhan Allah tersebut terasa begitu menyegarkan? Di tengah segala ketidakberdayaan yang mungkin kita rasakan, Allah berkuasa untuk mengubahkan-Nya. Marilah terus menyongsong hari depan dengan penuh pengharapan kepada-Nya.