Sebagian orang di zaman modern menjalani kehidupannya selayaknya sedang berada dalam sebuah sandiwara. Ada waktu untuk menunjukkan “peran yang baik”, sementara waktu lainnya “menjadi apa adanya” bebas dari kekangan aturan dan moralitas. Peran sebagai “yang baik” itu biasanya terjadi tatkala kita berada di ruang dan momentum keagamaan misalnya saat ibadah di gereja hari Minggu. Sementara hari lainnya, kita menjalani hidup jauh dari tuntunan Tuhan dan menjadi hamba dari hawa nafsu kita sendiri. Padahal sebagai umat Tuhan kita diundang untuk mewujudkan hidup yang utuh dengan berpadanan pada ketetapan-Nya saja.
Pada episode panjang penggambaran pengadilan Tuhan kepada umat-Nya di Mazmur pasal 50, kini kita sampai pada gugatan Allah kepada orang-orang fasik. Dengan tegas Tuhan berkata bahwa mereka adalah orang-orang yang gemar membicarakan ketetapan Tuhan, menyebut perjanjian-Nya, tetapi sesungguhnya mereka tidak menghargai segala teguran Allah dan firman-Nya. Dengan kata lain orang-orang Fasik bagi Allah adalah mereka yang hidup dalam kemunafikan. Bukan hanya itu saja mereka dipandang sebagai sosok yang berkompromi terhadap mereka yang melakukan ketidakbenaran dan bahkan turut serta di dalam perbuatan-perbuatan yang jahat menurut Allah. Fitnah dan prasangka rela ditebar oleh orang-orang fasik itu asalkan menguntungkan bagi mereka. Sangkanya Tuhan akan diam melihat tindak tanduk mereka, tetapi pemazmur menegaskan dalam ayat 21 bahwa Tuhan akan mendakwa mereka dengan kuasa-Nya yang mengatasi seluruh bumi. Gugatan Tuhan atas kefasikan manusia tersebut diakhiri dengan himbauan kepada umat manusia agar senantiasa mempersembahkan kurban syukur pada Tuhan dan memuliakan-Nya. Ibadah dan bakti kepada Allah yang diwujudnyatakan dalam perilaku hidup sehari-hari adalah yang dikehendaki-Nya, untuk dilakukan umat-Nya.
Sahabat Alkitab, semoga bacaan kita kali ini sungguh-sungguh menggugah hati kita masing-masing. Seringkali kita juga berlaku seperti orang fasik yang tidak mengindahkan firman-Nya dalam kehidupan kita masing-masing. Masih saja kita berkubang dalam pembenaran demi pembenaran atas dosa-dosa yang telah kita perbuat. Allah menginginkan agar umat-Nya hidup dalam ibadah yang benar dan tindakan serta tutur katanya mencerminkan ketaatan kepada-Nya. Di tengah tantangan dan penggodaan zaman, hal tersebut tidaklah mudah tetapi dalam keberserahan penuh kepada-Nya, Tuhan pasti menolong kita melalui tuntunan Roh-Nya yang kudus.