“Sudah jatuh, tertimpa tangga pula” merupakan sebuah peribahasa untuk menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami kemalangan berulang kali. Hal yang semakin menyulitkan seseorang untuk menerima kenyataan hidup yang pahit semacam itu pun terjadi ketika kemalangan hidupnya terjadi akibat campur tangan orang lain. Misalnya, seseorang yang sedang mengalami pergumulan berat terkait relasi dalam keluarga, kemudian justru mengalami penghakiman dari anggota lain di tengah komunitas imannya. Padahal, di tengah kondisi hidup yang berat semacam itu, seseorang yang bergumul sangatlah membutuhkan komunitas yang mampu memberikan dukungan dalam iman agar mampu merespons realitas kehidupannya dengan tepat hingga mengalami pertumbuhan di tengah kondisi yang tidak menyenangkan itu. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak jarang komunitas jemaat pun dapat berubah menjadi lingkungan yang memberikan ‘ancaman’ tambahan bagi individu yang dianggap ‘salah’ dan ‘cemar’. Alih-alih menjadi komunitas yang saling menguatkan dan membangun, sebuah kehidupan berjemaat pun dapat berubah menjadi komunitas yang menghambat seseorang untuk mengalami perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Tentu saja, hal ini sangatlah perlu dikritisi oleh setiap anggota yang ada di dalam komunitas iman tersebut.
Paulus pun memberikan wejangan yang sangat tegas kepada seluruh jemaat agar tidak secara asal melakukan penilaian iman hingga berujung penghakiman yang menghambat pertumbuhan satu sama lain. Ia justru mengingatkan mereka agar membangun budaya hidup berkomunitas yang penuh dengan kepedulian dan kesehatian. Keduanya perlu muncul dalam setiap situasi dan kondisi hidup jemaat, tidak hanya pada saat penuh kesukaciaan melainkan juga pada masa-masa penuh pergumulan. Mereka perlu saling membangun iman, tidak hanya melalui proses beriman yang tanpa masalah melainkan juga melalui situasi hidup yang penuh dinamika jatuh-bangun, keberhasilan serta kegagalan setiap individu yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, setiap anggota yang sedang berada pada posisi terpuruk, gagal maupun melakukan sebuah kesalahan tidak sepantasnya dikucilkan maupun dihakimi, melainkan dibimbing dalam ketulusan dan kesehatian agar mampu mengalami perubahan hidup dalam kebersamaan.