Hidup dalam prinsip serta ketetapan-Nya dalam dunia sekarang ini sepertinya terasa begitu sulit. Kita diperhadapkan dengan mereka yang melakukan segala sesuatu tanpa mengindahkan larangan dan ketetapan Tuhan. Lebih berat lagi saat kita mendapati sepertinya mereka hidup “baik-baik saja” tanpa konsekuensi sedikit pun. Lambat laun ada godaan yang begitu berat untuk tunduk pada cara serta ketetapan dunia. Bagaimanakah caranya kita sebagai umat Tuhan untuk bertahan dari penggodaan-penggodaan tersebut?
Mazmur 52:1-11 menjadi kritik pemazmur bagi orang yang hidupnya menyimpang dari ketetapan Tuhan. Syair-syair tersebut secara spesifik merujuk peristiwa saat Doëg, orang Edom, datang memberitahukan kepada Saul bahwa Daud telah sampai di rumah Ahimelekh. Peristiwa apa yang sebenarnya terjadi saat itu? Kisah tersebut merujuk pada respon Daud saat mendengar kabar bahwa Doëg--orang Edom yang menjadi pegawai Saul--memberitahukan kepada Saul bahwa Daud telah berkunjung kepada Ahimelekh, imam di Nob. Akibat laporan Doëg, hampir seluruh keluarga imam Ahimelekh dibunuh. Hanya seorang anak Ahimelekh bernama Abyatar yang berhasil lari menyelamatkan diri, dan akhirnya bergabung dengan rombongan Daud (1 Samuel 21-22). Mazmur yang kita perhatikan saat ini dibingkai sebagai respon Daud atas peristiwa tersebut.
Peristiwa yang menjadi latar belakang dari Mazmur 52 ini, menjadi petunjuk yang jelas atas tindak tanduk orang fasik. Secara spesifik disebutkan bahwa mereka yang fasik gemar merancangkan hal-hal buruk. Mereka gemar berkata dusta dan melakukan penipuan terhadap sesamanya. Lidah mereka bagaikan pisau cukur yang diasah. Ironisnya, kejahatan-kejahatan yang dilakukan justru membuat orang-orang fasik tersebut semakin memegahkan diri. Tidak ada penyesalan dalam diri mereka, hingga pada akhirnya Tuhan sendirilah yang akan meruntuhkan kesombongan mereka. Sementara berita baik datang kepada mereka yang memegang teguh firman serta kebenaran firman Tuhan. Nasib baik akan mengiringi orang-orang benar. Tuhan akan mengiringi segala gumul juang mereka dalam menegakkan firman Tuhan dalam kehidupannya.
Sahabat Alkitab, pada akhirnya kita dapat melihat bahwa pilihan diletakkan kembali kepada orang percaya, apakah akan tergoda pada jalan orang fasik atau bertahan pada kebenaran-Nya. Kiranya kita pun dapat dituntunnya untuk senantiasa memegang teguh ketetapan-Nya dalam hidup kita sehari-hari. Orang fasik hanya seolah-olah saja hidup tanpa konsekuensi karena pada akhirnya keadilan Tuhan akan tetap ditegakkan.