Bersyukur saat situasi baik-baik saja atau apa yang kita impikan telah tercapai mungkin mudah. Bagaimana dengan situasi yang sebaliknya? Saat situasi berat tengah melanda, pergumulan begitu berat, kekhawatiran sering menyergap, apakah kita masih tetap dapat bersyukur. Dalam iman kita sebagai seorang Kristen hal tersebut tentu saja dimungkinkan. Keyakinan kita akan kasih serta penyertaan Allah melampaui situasi apapun yang tengah kita hadapi.
Mazmur 56 memberikan konteks syairnya yakni saat Daud ditangkap oleh orang Filistin di Gat. Peristiwa tersebut terjadi saat ia tengah melarikan diri dan mencari tempat perlindungan dari kejaran Saul beserta tentaranya. Saat itulah ia malah tertangkap oleh orang Filistin. Bayangkanlah situasi ini, seperti tidak ada tempat aman baginya. Pada situasi itulah Daud merefleksikan hubungannya dengan Allah. Kesimpulannya ialah hanya Tuhan satu-satunya sumber pertolongan Daud. Inilah yang terlihat dalam ayat 2-5 walaupun musuh datang mengepung dan bahaya terus datang menyergap, pemazmur tetap percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Keyakinan iman tersebut meniadakan rasa takut akan kepungan musuh. Allah tahu kesusahan yang kita alami dan Ia adalah Allah yang adil. Mungkin pertolongan itu belum datang, tetapi pasti Allah akan bertindak.
Disinilah pemazmur merasa wajib untuk menyatakan syukur. Itulah keyakinan iman yang dapat kita teladani. Meskipun kesulitan masih menerpa tetapi pertolongan Allah pasti akan datang serta melingkupi hidup kita dengan kasih-Nya. Bersyukur dengan demikian dilandaskan pada janji pertolongan Tuhan yang akan selalu dikerjakan dalam kehidupan orang beriman.
Kehidupan kita mungkin juga tengah dalam kesulitan dan pergumulan yang berat. Janganlah menyerah dan berputus asa karena sesungguhnya Allah tidak pernah meninggalkan kita. Ia selalu menyediakan alasan bagi kita untuk selalu bersyukur bahkan dalam pergumulan dan himpitan hidup yang datang. Percayalah kepada-Nya dalam segala sesuatu yang kita hadapi termasuk dalam kesusahan yang datang.