Dahulu saat perang dunia melanda dan mempengaruhi hampir sebagian besar wilayah dunia, banyak kota-kota besar membangun sebuah bunker atau tempat perlindungan bagi warganya, biasanya di bawah tanah, untuk melindungi mereka dari serangan bom. Tempat-tempat itulah yang menyelamatkan banyak warga sipil saat itu. Kini bayangkanlah situasi tersebut diletakkan pada konteks pergumulan serta perjuangan kehidupan kita sehari-hari. Dimanakah tempat perlindungan kita? Menurut kesaksian pemazmur pada saat ini, tempat perlindungan kita hanyalah pada Tuhan semata.
Mazmur 57 kembali merefleksikan keterdesakan Daud saat ia terancam dikejar Saul. Musuh menghimpitnya dan nyawanya terancam. Namun pemazmur yakin bahwa Allah akan melindunginya seperti anak rajawali di bawah kepak sayap induknya. Keyakinan iman yang kuat tercermin dari pernyataan tersebut. Kita diundang untuk menyadari bahwa ketika orang benar berseru kepada Allah maka Ia akan menyelesaikan perkara umat-Nya. Allah begitu mulia hingga mengatasi langit dan bumi.
Syukur dan refleksi atas pertolongan Allah tersebut diekspresikan dengan ajakan untuk menyatakan syukur lewat puji-pujian. Umat percaya di sepanjang zaman melalui firman pada hari ini diajak untuk bermazmur bagi nama-Nya dengan permainan gambus dan kecapi. Puji-pujian dipanjatkan karena selalu ada alasan bagi kita untuk memuji-Nya karena Allah tidak pernah sekalipun meninggalkan kita.
Sahabat Alkitab, kembalilah kepada tempat perlindungan kita yang sejati, Allah Sang Pencipta Semesta terkhusus saat pergumulan dan tantangan hidup mendera. Bangkitlah dari keterpurukan kita. Bukan karena kekuatan kita sendiri melainkan karena kasih serta pertolongan Allah. Perlindungan Allah menjadi penerang dalam hidup kita yang menunjukkan jalan bagi kita bahkan saat kita merasa tiada jalan.