Penderitaan menjadi bagian dari realita yang kita hadapi sehari-hari. Sebagai orang beriman, kita perlu melatih respon yang tepat di dalam penderitaan tersebut. Apabila kita tidak berhikmat dalam merespon penderitaan, apa yang sedang terjadi justru membuat kita meragukan kasih Allah. Tidak jarang kita mengambil kesimpulan bahwa adanya penderitaan berarti ketiadaan kasih dan kebaikan Allah. Padahal pernyataan tersebut tidak terbukti kebenarannya, jika merujuk pada firman Tuhan yang kita baca saat ini.
Roma 5: 1-11 berisi tentang pengajaran Paulus, yang menegaskan bahwa setiap orang percaya sesungguhnya telah dibenarkan karena iman. Dosa-dosa kita tidak lagi diperhitungkan. Dengan demikian kita dimungkinkan untuk hidup penuh damai sejahtera dengan Allah dan sesama. Pembenaran itu juga menghasilkan pembaharuan cara pandang saat menghadapi segala sesuatu, termasuk kesengsaraan serta penderitaan yang terjadi dalam kehidupan. Dalam anugerah Kristus, kesengsaraan justru menjadi wahana untuk mendewasakan kita. Roma 5: 3-5 menggambarkan proses tersebut dengan baik. Kesengsaraan menimbulkan ketabahan, ketabahan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Itu artinya iman kita justru menjadi semakin matang melalui penderitaan yang kita hadapi.