Dosa diakibatkan oleh ketidaktaatan manusia atas kehendak Allah. Akibatnya relasi dengan Allah menjadi rusak dan kita harus menerima maut sebagai konsekuensi atas dosa. Dari titik itulah dosa dihayati sebagai suatu kecenderungan dalam hati manusia yang menetap untuk memberontak dari Allah.
Paulus menjelaskan kondisi tersebut dengan mengajak pembaca suratnya untuk kembali merenungkan kisah Adam. Adam menjadi representasi awal mula pemberontakan dan keberdosaan manusia. Dosa itu terus menetap dan menjalar. Hukum Taurat dibuat untuk mengatasi kecenderungan manusia untuk jatuh dalam dosa. Tetapi sayangnya taurat juga mengungkapkan kesulitan manusia untuk betul-betul hidup dalam hukum itu. Tidak ada manusia yang begitu sempurna hingga dapat melakukan hukum-hukum tersebut secara utuh, bahkan yang ada ialah pelanggaran-pelanggaran lain yang bahkan terjadi saat seseorang berupaya melakukan hukum-hukum Taurat. Lalu apa yang dapat menyelamatkan kita? Menurut Paulus jika dosa datang karena ketidaktaatan Adam, maka keselamatan datang melalui ketaatan Anak Allah, untuk menderita, wafat di kayu salib, dan bangkit. Kita dibenarkan oleh anugerah itu, sehingga manusia tidak harus menerima maut sebagai konsekuensi dari dosa. Kasih karunia Allah dalam Yesus pada akhirnya menuntun manusia untuk dapat hidup benar seturut dengan kehendak-Nya.
Sahabat Alkitab, anugerah penyelamatan Allah yang begitu besar itu telah kita peroleh. Kita memiliki pilihan untuk hidup bebas dari dosa dan lepas dari hukuman maut. Kiranya kenyataan ini dapat menjadi pengingat bagi kita dalam menentukan langkah serta pilihan yang terbentang di sepanjang kehidupan kita. Jalan dan ketetapan Tuhan lah yang harus menjadi satu-satunya pedoman kita dalam menjalani kehidupan.