Bagaimana perasaan kita jika orang, baik itu sahabat, teman, saudara, atau pasangan mengkhianati kita? Meminjam diksi yang banyak dipakai di lagu-lagu, situasi tersebut digambarkan dengan “ditusuk dari belakang”. Tentunya kecewa, sedih, dan marah berkecamuk dalam hati. Namun sebagai umat Tuhan, sesungguhnya kita harus menyadari bahwa ada cara terbaik untuk menghadapinya yakni berserah dan bergantung kepada Tuhan semata.
Mazmur 55 adalah representasi dari pengungkapan perasaan seorang manusia ketika tengah dirundung pergumulan. Nampaklah pada pasal tersebut kekhawatiran, ketakutan, dan kegundahan pemazmur dalam situasi yang mengancam. Lambat laun pembaca mengetahui bahwa rupanya situasi tersebut disebabkan oleh orang yang dikenalnya. Bahkan pada ayat 21 Alkitab terjemahan baru 2, dijelaskan sangat spesifik dengan menggunakan kata “teman”, hal ini berbeda dengan Alkitab terjemahan baru yang menggunakan kata “orang itu.”
Apa yang dilakukan oleh “teman” tersebut? Rupanya ada fitnah serta kebohongan yang disebarkan. Orang tersebut tidak bisa memegang janjinya kepada orang lain. Malapetaka dan kekacauan datang karena kebohongan-kebohongan tersebut. Namun dalam peliknya situasi itu kita dapat kembali kepada Allah Sang Sumber Pertolongan kita. “Serahkanlah kekhawatiranmu kepada Allah”, demikianlah ajakan sang Pemazmur pada ayat 23. Ia mengingatkan bahwa Allah akan memelihara kita. Jika kita tetap berada pada ketetapan-Nya dan menjadi orang benar maka kita tidak akan dibiarkan goyah. Bahkan keadilan Allah akan dinyatakan kepada mereka yang berniat buruk terhadap kita.
Sahabat Alkitab, jika kita pernah atau sedang terluka karena orang-orang yang telah kita kenal dengan baik janganlah terlarut dalam kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan berlama-lama. Kita tahu bahwa Allah akan meneguhkan serta menguatkan langkah kaki kita untuk menghadapi luka dan kekecewaan yang mungkin datang. Allah akan senantiasa menegakkan kasih dan keadilan-Nya atas semesta, bagian kita adalah berserah penuh kepada-Nya.