Sudah semestinya orang percaya menjadikan Kristus sebagai penguasa hidupnya. Mereka yang telah menerima kasih karunia, sangat mampu untuk menolak dosa. Dalam Roma 6: 12-14, Paulus mengingatkan kita akan kefanaan tubuh manusia yang seringkali menjadi pintu masuk bagi dosa. Mulut yang berkata tidak benar tentang orang lain, pikiran yang merancangkan hal jahat, tangan yang digunakan untuk melakukan kekerasan, dan sebagainya. Paulus mengingatkan dengan tegas agar umat tidak menyerahkan anggota tubuhnya pada dosa dan perbuatan daging yang cemar.
Peringatan ini muncul karena ada ajaran sesat yang berkembang di tengah umat. Ajaran tersebut memandang bahwa dunia materi merupakan ciptaan yang buruk dan jahat, sedangkan dunia roh adalah tempat yang baik dan sempurna. Dampak dari pemahaman ini, dunia materi dianggap buruk termasuk tubuh manusia juga dianggap rendah. Oleh karena itu para pengikutnya menjalani kehidupan yang hedonistik, karena adanya keyakinan bahwa perbuatan di dunia materi tidak memengaruhi roh mereka. Mereka bebas melakukan tindakan dosa di tubuh fisik tanpa khawatir tentang dampaknya terhadap keselamatan. Cara hidup demikian tampak menyenangkan dan berpotensi untuk mengaburkan pemahaman umat kristen perdana, yang sedang dalam proses belajar, terhadap makna karunia keselamatan.
Paulus menekankan pentingnya memandang manusia secara utuh. Seluruh keberadaan kita harus dipersembahkan kepada Tuhan. Tubuh sekalipun bersifat fana perlu dijaga kekudusannya dan digunakan sebagai sarana untuk mewartakan kebenaran. Apa yang dilakukan oleh tubuh akan mencerminkan kerohanian serta spiritualitas seseorang. Maka keduanya harus berjalan selaras dengan kehendak Tuhan. Semua ini dapat dilakukan karena dosa tidak lagi memiliki kuasa, untuk memerintah sebagai ‘tuan’ atas orang percaya.
Sahabat Alkitab, kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan seturut kehendak-Nya. Panggilan ini dapat dilakukan karena kita telah ditebus oleh Kristus. Segala sesuatu harus digunakan untuk memuliakan nama-Nya, termasuk dari cara kita menggunakan seluruh anggota tubuh. Kiranya seluruh keberadaan kita menjadi sarana kemuliaan Allah, melalui pikiran, perkataan, dan tindakan.