Saat seseorang membeli telepon pintar model terkini pasti ada berbagai bayangan yang terlintas akan fungsi serta kecanggihan yang dapat dimanfaatkan dari telepon tersebut. Besar harapan sang pengguna bahwa telepon pintar tersebut dapat memenuhi fungsinya dengan baik. Dalam lintasan pemikiran yang serupa, bagaimana harapan Allah Sang Pencipta terhadap kita ciptaan-Nya ini? Kita yang diciptakan serupa dan segambar dengan-Nya seharusnya memenuhi tujuan penciptaan untuk melakukan penatalayanan yang baik atas dunia dan memuliakan Allah dengan hidup kita. Terlebih setelah diselamatkan oleh-Nya maka kesadaran itu seharusnya menguat karena ditambah dengan ungkapan syukur kita atas penyelamatan-Nya tersebut.
Paulus menyadari betul kondisi tersebut bahkan menasehatkan jemaat untuk mempersembahkan dirinya, atau dalam teks kita kali ini digunakan ungkapan harafiah “tubuh”, karena mereka telah menerima kemurahan Tuhan. Itu artinya seluruh keberadaan kita sebagai manusia dalam pikiran dan karya seluruhnya merupakan persembahan dari Allah. Tubuh bukan sekedar wadah bagi jiwa sebagaimana pemikiran ala Yunani yang berkembang saat itu. Melalui perikop kita kali ini, Paulus hendak menegaskan bahwa tubuh kita seutuhnya milik Allah. Mereka yang telah ditebus menjadi milik dari Kristus. Kita menyerahkan tubuh kepada Allah untuk dipakai sebagai senjata kebenaran.
Pribadi-pribadi yang telah menyadari hakikat keberadaannya yang utuh sebagai milik Tuhan ini kemudian dapat mengikatkan diri dengan pribadi lainnya sebagai sebuah persekutuan atau dalam penggambaran Paulus menggunakan kata anggota tubuh Kristus. Akibat dari persatuan itu ialah misi Allah semakin terejawantahkan melalui kesadaran masing-masing anggota tubuh Kristus yang tunduk pada Sang Kepala yakni Yesus Kristus.
Sahabat Alkitab, perlu disadari bersama bahwa riuh rendah kesibukan kita di zaman modern ini seringkali mengalihkan fokus kita yang sesungguhnya. Alih-alih setia pada tugas perutusan-Nya dan mempersembahkan diri kita seutuhnya kepada Tuhan, kita justru mengabdi pada tujuan lain yang semata-mata memuaskan egos serta hasrat kita semata. Marilah kembali pada tujuan asali kita yakni memuliakan Allah dengan seluruh kehidupan kita.