Manusia adalah makhluk yang dikuasai dan dibentuk oleh kebiasaan. Baik itu kebiasaan-kebiasaan baik ataupun buruk. Namun satu hal yang pasti adalah, beranjak dari sesuatu yang tidak mendatangkan kebaikan dalam hidup kita merupakan hal yang harus diupayakan.
Penulis surat Ibrani melihat bahwa pertobatan yang lahir dari dalam hati manusia seharusnya menjadi sebuah pertobatan yang tulus dan mengubahkan kehidupan. Namun berdasarkan pembacaan atas ayat 1 kita melihat bahwa selama ini manusia terjebak pada upaya pertobatan yang artificial. Pertobatan menjadi sebuah ritual yang dilupakan maknanya, sungguh sangat disayangkan bahwa kita tidak menyadarinya. Maka dari itu Allah sendirilah yang hadir dan menyelamatkan manusia dari dosa, kita diundang untuk menunjukkan ketertundukan kepada-Nya.
Mengubah diri menjadi pribadi yang baik, rupanya memerlukan komitmen yang utuh serta perubahan yang berkesinambungan. Surat Ibrani 6: 2 menegaskan bahwa perubahan itu juga harus terjadi melalui kesungguhan untuk menghayati ajaran-Nya dan ketertundukan penuh kepada Allah. Nasehat itu untuk mengantisipasi agar umat percaya tidak jatuh kepada formalitas-formalitas ritual dan menunjukkan perubahan hidup ke arah yang lebih baik.
Sahabat Alkitab, melalui Firman Tuhan yang kita baca saat ini, IA hendak mengingatkan agar orang percaya bersungguh-sungguh dalam mewujudkan pertobatan serta perubahan di kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kewajiban keagamaan yang kita lakukan tidak hanya sekedar menjadi formalitas. Terutama dalam hal pertobatan kita kepada Allah seharusnya menjadi ungkapan yang otentik tanpa tendensi untuk memegahkan diri sendiri. Ingatlah bahwa hal tersebut tidak dapat terjadi jika kita tidak sungguh-sungguh dalam membangun relasi dengan-Nya, karena kedekatan dengan Allah itulah yang menghasilkan kepekaan untuk mengenali apa yang baik dan tidak serta menuntun kita pada perubahan hidup yang sejati.