Pada penghayatan iman Kristiani, ketaatan serta relasi kita dengan Allah terwujud dalam perlakuan kita kepada sesama. Itulah sebabnya bangsa Israel berulangkali menerima teguran Allah karena dalam realitas kehidupan bangsa tersebut, mereka melalaikan tanggung jawab terhadap sesama. Mereka yang miskin dan terpinggirkan mengalami penindasan begitu hebat, sementara orang-orang yang berkuasa semakin menumpuk kekayaan serta kekuasaan. Saat Ayub berupaya mempertahankan posisinya sebagai orang yang benar di hadapan Allah, ia pun mengingat bagaimana telah berlaku seadil-adilnya kepada sesama.
Ayub mengingat bagaiaman ia memperlakukan budak-budaknya. Dalam dunia timur tengah kuno, memiliki budak adalah sebuah kelaziman. Mereka adalah tenaga kerja yang bertanggung jawab terhadap berbagai tugas-tugas domestik. Para budak ini setara dengan properti seseorang sehingga secara praktis, mereka tidak memiliki hak apapun. Meskipun demikian Ayub memilih untuk memperlakukan budak-budaknya, baik itu laki-laki dan perempuan dengan cara yang berbeda. Ia mempersilahkan budak-budaknya untuk dapat beperkara atau mengajukan keluhan legal kepada Ayub sebagai tuan. Apa yang dilakukan ayub tersebut berdasarkan tanggung jawabnya kepada Allah yang nanti menuntut pertanggung jawaban atas segala sesuatu yang telah diperbuat Ayub.
Perlakuan terhadap orang miskin, janda dan anak yatim turut menjadi perhatian Ayub. Seruan tersebut juga untuk menolak pendapat Elifas mengenai dirinya yang menyatakan bahwa malapetaka yang tengah dihadapi oleh Ayub merupakan hukuman Tuhan karena kesewenang-wenangan Ayub terhadap orang-orang yang tidak beruntung dalam komunitasnya. Pada ayat 16-20, Ayub menempatkan dirinya sebagai Bapak dan pelindung bagi orang-orang miskin, janda, anak-anak yatim. Tindakannya tersebut didasarkan atas tanggung jawab serta syukur atas segala berkat-berkat yang telah Tuhan berikan kepadanya. Sekalipun godaan datang untuk menyalahgunakan kekuasaannya, Ayub tidak pernah bergeming dan senantiasa melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan.
Sahabat Alkitab, seruan Ayub tersebut juga menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa berbuat adil kepada sesama dan memperhatikan mereka yang terpinggirkan dalam masyarakat. Itulah respon terbaik yang dapat kita lakukan atas pembenaran dan penyelamatan yang Allah telah hadirkan dalam hidup kita. Tuhan adalah pemilik kehidupan yang mengundang kita untuk mewujudnyatakan penatalayanan yang baik atas kehidupan beserta segenap ciptaan-Nya.