Mengendalikan Kata

Renungan Harian | 27 Mei 2025

Mengendalikan Kata

Kata-kata memiliki kuasa yang jauh lebih besar daripada yang dapat kita bayangkan. Dalam kata ada penghiburan, tetapi di saat yang sama terdapat potensi untuk melukai. Kebijaksanaan seorang manusia juga dapat terlihat dikala ia berkata-kata di saat yang tepat pada situasi yang tepat pula. Sayangnya banyak orang menganggap bahwa yang terpenting adalah berkata-kata dan mengeluarkan pendapatnya tanpa mempertimbangkan ketepatan kata-kata dan momentum yang tepat saat kata itu dikeluarkan. Inilah yang nampak dalam ungkapan-ungkapan Elihu. 


Elihu begitu gemas melihat ketiga sahabat-sahabat Ayub seolah-olah tidak berkutik diterjang beragam pendapat Ayub. Sementara pada awal pasal 32, terlihat bagaimana ketidaksetujuan Elihu kepada Ayub yang menurutnya begitu angkuh karena berani mempersalahkan dan menuntut Tuhan. Meskipun sahabat-sahabat Ayub lebih tua darinya, rupanya tidak menjamin hikmat dan pengertian akan keadilan. Itu sebabnya sudah waktunya seseorang dari angkatan yang lebih muda, yakni Elihu sendiri, bertindak, mengemukakan pandangan.  


Jika sahabat-sahabat Ayub merasa bahwa hanya Allah yang dapat mengalahkan dia, maka Elihu merasa bahwa ada cara lain untuk mengalahkannya. Maka dari itu Elihu belajar dari kesalahan sahabat-sahabat Ayub dan memutuskan untuk memakai pendekatan yang berbeda. Dalam berpendapat, Elihu menekankan ke’aku’an-nya, seolah-olah menggambarkan keberadaan Elihu seperti nabi yang membawa pesan Allah untuk disampaikan. Kata-kata itu harus disampaikan karena jika tidak, dapat menjadi seperti anggur yang tidak mendapat jalan udara dan seperti kirbat baru yang akan meletup. Bila sari buah anggur meragi, maka timbul gas, dan kirbat (wadah anggur) akan pecah, jikalau gas tidak dapat keluar. Penggambaran tersebut untuk menegaskan kata-kata yang harus dikeluarkan Elihu. Dari sini sesungguhnya terlihat bahwa sekalipun kata-kata itu dikeluarkan sesungguhnya berada dalam situasi yang tidak tepat. Motivasi Elihu adalah untuk mengoreksi Ayub dan menegakkan ‘pandangan teologisnya” sendiri. Padahal yang dihadapi Ayub adalah sebuah penderitaan nyata yang butuh belarasa alih-alih pembenaran pendapat dan supremasi sebuah pandangan tertentu. 


Sahabat Alkitab, marilah kita memohon kepada Allah agar dapat diberikan kepekaan dalam berkata-kata atau berpendapat. Bukankah pengalaman hidup kita selama ini sudah lebih dari cukup untuk membuktikan, banyaknya konflik dan kesalahpahaman terjadi karena kata–kata yang diucapkan. Hidup dalam hikmat Allah berarti melatih penguasaan diri dan berproses untuk meletakkan kata dan perbuatan kita pada tuntunan-Nya semata.



Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia