Ku Suka Menuturkan

Renungan Harian | 13 Agu 2025

Ku Suka Menuturkan

Di tengah dunia yang sibuk dan penuh distraksi, kesaksian iman sering dianggap sekadar formalitas. Banyak orang lebih nyaman membicarakan Tuhan di ruang-ruang yang aman, sedangkan pengalaman pribadi bersama-Nya disimpan rapat-rapat. Mazmur 40:10-18 mengajak kita menyadari bahwa kesaksian bukan hanya ritual, melainkan panggilan setiap orang percaya. Bersaksi berarti membuka ruang percakapan agar karya Allah dapat hadir di tengah komunitas yang rindu akan makna sejati.


Pemazmur berkata, “Keadilan tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan-Mu dan karya keselamatan-Mu kubicarakan.” Ia menyadari bahwa memendam kebenaran Allah sama halnya dengan mengkhianati sesama. Menyimpan kesaksian sama saja dengan menyembunyikan gambaran Allah dari orang-orang yang justru sangat membutuhkannya. Maka, ketika seseorang berani membuka dirinya tentang karya Tuhan dalam hidupnya, sesungguhnya ia sedang membuka jalan bagi proses empathic resonance, yaitu suatu resonansi emosional di mana orang lain ikut merasakan kehadiran Allah yang sama. Namun di sisi lain, Pemazmur juga menyadari risiko dari bersaksi, yaitu menjadi sasaran ejekan dan penolakan. Namun bagi Pemazmur, menyimpan kesaksian akan kebaikan Tuhan jauh lebih menyedihkan, karena itu berarti sama dengan membiarkan orang lain kehilangan kesempatan untuk melihat kebaikan Allah.


Setelah menuturkan karya Tuhan di hadapan jemaat, Pemazmur dengan jujur mengakui dirinya yang rapuh, “Aku dikejar kesalahanku”. Ia menyadari bahwa menjadi saksi Allah tidak otomatis membuat dirinya kebal terhadap dosa dan kegagalan. Adakalanya ketika mulut sedang memuji Tuhan, di waktu yang sama hati juga sedang berjuang dengan kelemahan diri. Bahkan disini kita melihat bahwa pemazmur tidak hanya bergulat dengan dosa pribadi, tetapi juga dengan orang-orang yang mengejek dan meremehkannya. Dalam kehidupan masyarakat saat ini, apa yang dilakukan oleh orang-orang tersebut mirip dengan ujaran kebencian di media sosial, di mana orang dengan mudah merasa berhak mengolok penderitaan orang lain. Menanggapi hal tersebut, Pemazmur tidak membalas dengan reaktif. Ia justru berdoa agar Tuhan memulihkan tatanan sosial yang adil. Agar mereka yang mencari Tuhan boleh bersukacita, dan berkata terus-menerus, “TUHAN itu besar!”. 


Sahabat Alkitab, hari ini kita kembali diingatkan bahwa bersaksi bukan sekadar aktivitas berbicara, melainkan tindakan eksistensial yang menyatukan antara kemuliaan Allah dan kerapuhan manusia. Kesaksian sejati adalah ketika seseorang berani mengatakan, “Aku ini sengsara dan miskin, tetapi Tuhan memperhatikan aku.” Dalam dunia yang semakin bising dengan pencitraan dan permusuhan, keberanian untuk menuturkan karya Allah dengan jujur, dengan segala pergulatan dan air mata, adalah tindakan yang membangun ruang penyembuhan bagi diri sendiri dan sesama.

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia