Manusia zaman ini diberkati dengan teknologi yang memungkinkan untuk mengukur waktu dengan presisi, tetapi di balik kemudahan itu justru banyak yang kehilangan kemampuan untuk menghargainya. Jadwal kita penuh, agenda padat, notifikasi tak henti berdentang. Namun di tengah semua itu, hati kita terasa kosong. Mazmur 90 terasa begitu relevan dengan keresahan modern ini. Di tengah kefanaan dan penderitaan umat, pemazmur tidak memohon umur panjang, melainkan kebijaksanaan dalam menjalani waktu. Ayat ini menjadi doa eksistensial yang menembus zaman, tentang bagaimana manusia yang terbatas dapat hidup dengan kesadaran di hadapan Allah yang kekal.
Pemazmur melihat waktu bukan sekadar garis lurus yang terus berlalu, melainkan ruang spiritual tempat manusia belajar mengenal dirinya dan Allah. Dalam konteks historis, mazmur ini merupakan doa komunitas yang menyadari dampak dosa dan murka Allah—penderitaan, kehilangan, dan kefanaan menjadi guru kehidupan. Kata “menghitung hari-hari kami” bukanlah perhitungan matematis, melainkan tindakan kontemplatif: menyadari bahwa setiap hari membawa peluang untuk bertumbuh dalam kebijaksanaan. Secara psikologis, kesadaran akan kefanaan mengundang kita keluar dari ilusi kontrol. Ia menolong manusia untuk hidup dengan kehadiran penuh. Tidak menunda untuk mewujudkan kasih, tidak menangguhkan kebaikan, tidak menunggu momen ideal untuk bersyukur.
Hati yang bijaksana tidak lahir dari banyaknya pengetahuan, melainkan dari kemampuan untuk menilai makna hidup di tengah kefanaan. Di sinilah Mazmur 90 menjadi renungan yang sangat manusiawi dan sekaligus ilahi, kita belajar bahwa waktu bukan musuh yang mencuri umur, tetapi guru yang menuntun kita pulang kepada Sang Kekal. Dalam dunia yang menilai hidup dari kecepatan dan pencapaian, Tuhan memanggil kita untuk melambat dan merenung. Sebab yang fana adalah waktu, tetapi yang kekal adalah kasih yang kita taburkan di dalamnya. Dan barangkali, di situlah kebijaksanaan sejati lahir. Bukan ketika kita berhasil menambah hari dalam hidup, tetapi ketika kita belajar memberi hidup pada setiap hari.
























