Kalau dalam renungan sebelumnya kita melihat Allah sebagai Arsitek Semesta, maka kali ini kita mengenal-Nya sebagai Pemelihara Kehidupan. Ibarat seorang arsitek yang tidak hanya merancang bangunan lalu pergi begitu saja, Tuhan tetap hadir, memastikan setiap bagian ciptaan berjalan sebagaimana mestinya.
Pemazmur menggambarkan dengan begitu puitis bagaimana Tuhan menyediakan sumber air bagi segala makhluk, “Engkau membuat mata air membual di lembah-lembah, batang air mengalir di antara gunung-gunung” (Mazmur 104: 10). Air itu memberi minum bagi binatang, menyegarkan pepohonan, dan membuat bumi subur. Dari ayat ke ayat, kita melihat aliran kehidupan yang terus bergerak. Tidak berhenti di satu tempat, tapi memberi manfaat bagi banyak makhluk. Alam diciptakan bukan untuk satu pihak, melainkan untuk seluruh ciptaan yang saling bergantung.
Mazmur ini seolah mengajak kita berhenti sejenak dan memperhatikan hal-hal sederhana yang sering kita lewatkan: burung yang berkicau dari antara daun-daunan, rumput yang tumbuh bagi hewan, bahkan segala binatang hutan berkeliaran di waktu malam. Semua berada dalam satu ekosistem yang dijaga oleh tangan Tuhan sendiri. Tidak ada yang terlewat dari perhatian-Nya.
Sahabat Alkitab, di tengah dunia yang kian sibuk, kita sering merasa hidup bergantung pada kerja keras, sistem, atau teknologi. Namun Mazmur ini menegaskan satu hal mendasar, bahwa hidup masih berjalan karena Tuhan memeliharanya. Dialah sumber air yang tak pernah kering, napas yang terus menghidupkan. Melihat dunia dengan cara ini semestinya membuat kita bersyukur sekaligus bertanggung jawab. Syukur, karena kita disadarkan bahwa setiap hari adalah anugerah yang terus diperbarui. Tanggung jawab, karena kita diundang untuk ikut merawat kehidupan yang Tuhan percayakan. Tidak merusak, tapi turut menjaga ciptaan-Nya agar tetap seimbang dan lestari.

























