Salah satu kebutuhan mendesak manusia adalah bertahan hidup. Banyak cara dilakukan oleh manusia untuk mempertahankan hidupnya sebagai makhluk hidup. Namun, berbeda dengan makhluk hidup lainnya, manusia memiliki kemampuan untuk membentuk ide kreatif, menciptakan sistem hidup dan menerapkan etika dalam memenuhi kebutuhannya tersebut. Itulah mengapa, tidak semua cara mempertahankan hidup dapat tergolong ‘benar’ secara moral. Manusia perlu menyadari bahwa terdapat cara-cara yang tidak sesuai dengan nilai sosial dan tidak semestinya dilakukan.
Di dalam kehidupan beriman sebagai umat Tuhan, kita pun memiliki batasan yang tidak boleh dilanggar untuk memenuhi kebutuhan sebagai makhluk hidup. Salah satu nilai yang perlu selalu dijadikan pedoman hidup adalah mengimani bahwa Tuhan merupakan satu-satunya sumber kehidupan sekaligus sebagai Gembala yang menuntun umat-Nya untuk terus berjalan ke arah yang tepat. Tuhan mengingatkan bangsa Israel pada masa itu bahwa satu-satunya sumber kehidupan yang sejati hanyalah Dia. Tidak ada sosok lain yang sebanding dengan-Nya. Bahkan, Tuhan tidak hanya menunjukkan kemahakuasaan-Nya, melainkan Ia juga menekankan kesungguhan kasih dalam memelihara hidup umat-Nya. Tuhan tidak sekadar menjadi sumber kehidupan, tetapi Ia juga yang menuntun umat agar terus berada dalam dekapan kasih pemeliharaan-Nya.
Kita perlu menyadari bahwa selalu terbuka kemungkinan bagi kita untuk melakukan hal yang justru melukai hati Tuhan dan merusak kesehatan iman sebagai umat-Nya, yakni pada saat kita berusaha mencari jalan keluar maupun jawaban melalui cara yang salah. Alih-alih berusaha untuk mempertahankan hidup maupun melepaskan diri dari masalah, kita justru merusak relasi dan membawa kehidupan menuju kehancuran akibat disorientasi iman. Inilah mengapa, Tuhan mengingatkan umat Israel agar tidak mencari jawaban kepada segala ilah, roh maupun peran lain yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya.