Bagaimana anda memperlakukan barang-barang yang memiliki nilai ekonomis tinggi? Atau, bagaimana anda memperlakukan barang yang memiliki nilai sentimental atau historis yang begitu melekat untuk anda secara pribadi? Kemudian, bagaimana anda memperlakukan barang-barang lain yang anda anggap tidak terlalu penting? Setiap orang tentu memiliki pertimbangannya masing-masing dalam menilai sesuatu dan memberikan sikap yang berbeda-beda untuk memperlakukan hal tersebut. Pada hari ini kita pun akan melihat sebuah sikap Tuhan kepada umat-Nya yang Ia anggap terlalu berharga untuk disia-siakan.
Berdasarkan sejarah bangsa Israel yang tampil dalam narasi Alkitab, kita dapat melihat betapa seringnya mereka berlaku cela di hadapan Tuhan. Bahkan, banyak perbuatan mereka yang menunjukkan penolakan atas kedaulatan Tuhan. Mereka telah berulang kali berusaha untuk melepaskan diri dari pimpinan Tuhan. Meski demikian, Tuhan tidak tinggal diam. Ia tidak membiarkan mereka hidup dalam keputusan yang salah. Bahkan, sebesar apa pun kesalahan dan dosa yang mereka lakukan, Tuhan tetap berkenan untuk menerima untuk hidup bersama-Nya. Bagi Tuhan, umat-Nya selalu memiliki nilai yang berharga untuk dikasihi, meski entah sadar maupun tidak sadar, umat-Nya sendirilah yang merusak nilai tersebut.
Sahabat Alkitab, renungan firman ini perlu kita maknai dengan penuh kesadaran iman tentang nilai kita di hadapan Tuhan. Apabila Tuhan telah begitu memandang kita dengan sangat berharga, maka bukankah sesuatu yang sangat keliru jika kita meresponsnya secara sembarang? Sekarang, marilah kita berkaca pada diri sendiri untuk semakin memaknai pesan dari renungan firman Tuhan pada hari ini. Bagaimana kita memandang relasi dengan Tuhan? Apakah relasi itu menjadi sesuatu yang sangat bernilai tinggi bagi kita dan telah kita iringi dengan sikap yang setimpal? Atau, jangan-jangan kita masih menganggapnya sebagai hal yang tidak lebih penting dibanding ambisi-ambisi maupun hasrat personal dalam mengejar kenikmatan sesaat di dunia ini?