Kirbat adalah sebuah wadah cairan (minuman) yang dibuat dari kulit binatang. Agar berfungsi secara optimal, kirbat harus mempertahankan kelenturan dan daya tahannya. Kirbat yang sudah kering dan kaku tidak dapat digunakan untuk menampung cairan bahkan akan menjadi begitu rapuh. Demikianlah pemazmur menggambarkan kondisinya yang tengah rapuh seperti kirbat yang diasapi.
Realitas kerapuhan manusia yang ditangkap oleh pemazmur dalam bacaan kali ini bersumber dari tantangan serta pergumulan dalam menghidupi Taurat Tuhan senantiasa. Ia melihat orang-orang di sekitarnya banyak yang merencanakan hal jahat baginya. Mereka adalah orang-orang yang sama sekali tidak takut akan Tuhan, serta mengabaikan taurat-Nya. Ancaman demi ancaman merintangi jalan hidupnya. Hidupnya menjadi begitu mencekam.
Meskipun demikian pemazmur tidak mau menjadi sama seperti orang yang mengancamnya. Ia memilih untuk tetap bergantung pada Tuhan dan segala ketetapan-Nya. Justru di tengah kerapuhannya, pemazmur merasa semakin membutuhkan Allah. Firman Tuhan menuntunnya dan memberikan kekuatan.
Sahabat Alkitab, jika renungkan lebih mendalam, bukankah keberadaan kita sebagai manusia sesungguhnya selalu diwarnai oleh kerapuhan? Sakit, berbagai pergumulan dalam hidup, peristiwa-peristiwa tidak terduga, hingga kematian bisa menggoyahkan seluruh kepastian yang coba kita bangun dalam hidup. Sayangnya kita sering tergoda untuk mencari pijakan pada hal- hal di luar Tuhan, baik itu uang dan kekuasaan menjadi sumber kepastian semu yang sama rapuhnya dengan kehidupan itu sendiri. Maka, temukanlah pijakan yang sesungguhnya bagi kehidupan kita di dalam firman dan ketetapannya.

























