Catatan peristiwa peperangan ini tidak hanya menunjukkan peran aktif TUHAN yang memberikan kemenangan bagi orang Israel tetapi juga menampilkan sebuah kedisiplinan iman dari umat TUHAN. Sudah tidak perlu diragukan lagi bahwa Hesybon adalah negeri yang jauh lebih mapan secara militer maupun insfrastruktur dibanding orang Israel yang masih berstatus sebagai bangsa nomad. Namun, inferioritas tersebut tidak menjadi penghalang bagi TUHAN untuk membela dan memberikan kemenangan bagi mereka. Justru dari pengalaman inilah TUHAN sedang menunjukkan kepada orang Israel, termasuk kepada kita di masa sekarang, bahwa TUHAN adalah pelaku aktif dalam seluruh perjalanan kehidupan kita.
Selain fakta tersebut, kita pun menemuka sebuah sikap yang sangat perlu diteladani oleh umat TUHAN di masa sekarang, yakni perihal kedisiplinan dalam mengikut perintah TUHAN. Setelah beberapa bagian sebelumnya kita telah menyaksikan catatan mengenai perintah TUHAN antara yang memperbolehkan atau melarang umat Israel melakukan penyerangan ke beberapa kota. Pada perikop ini, kita pun mendapati kepatuhan beriman itu pada diri umat Israel yang menjadi sebuah teladan sikap hidup beriman yang sangat layak untuk diaplikasikan. Mereka, bangsa Israel, dapat atau masih dapat mengelola hasrat diri dan kepatuhan mereka kepada TUHAN secara efektif. Perintah yang TUHAN berikan pun dapat didengarkan dengan telinga dan dilakukan dengan hati yang benar-benar terfokus kepada-Nya.
Sahabat Alkitab, firman TUHAN pada hari ini telah mengingatkan kita tentang aspek kepatuhan yang sangat patut kita wujudkan dalam hidup keseharian. Hal ini sangatlah esensial mengingat tidak sedikit umat TUHAN yang lalai dalam membangun kepatuhan terhadap firman TUHAN. Kita mungkin sangat sering mendengar pengajaran berlandaskan firman TUHAN. Namun, jumlah bukanlah penentu tingkat kemapanan iman seseorang. Persoalannya adalah seberapa banyak dari nilai pengajaran firman TUHAN tersebut yang mampu diwujudkan dalam hidup keseharian? Kita perlu mengingat bahwa setiap nilai kebenaran firman TUHAN yang kita dengar tidak semestinya berakhir pada telinga, tetapi selayaknya meresap ke dalam hati dan mewujud dalam sikap hidup keseharian.