Di tengah konteks hidup yang marak terjadi peperangan, perilaku yang muncul dalam perikop ini menjadi sebuah teladan tidak hanya untuk orang-orang pada masa itu tetapi juga bagi kita di masa sekarang. Musa memberikan perintah agar orang Israel melakukan diplomasi perdamaian kepada bangsa Hesybon. Hal ini merupakan bagian dari perjalanan orang Israel menuju tanah perjanjian dan tindakan Musa tersebut menunjukkan bahwa ia jauh lebih mengupayakan cara-cara damai dibanding kekerasan. Meski, seperti yang kita ketahui, bahwa peperangan tetap terjadi antara orang Israel dengan bangsa-bangsa lainnya, namun cara-cara perdamaian tetap lebih dulu diupayakan.
Sahabat Alkitab, kita sebagai makhluk hidup yang berelasi memang tidak dapat menghindari kemungkinan terjadinya gesekan dalam hubungan maupun konflik-konflik yang sifatnya ringan maupun berat dengan orang-orang di sekitar kita. Terkadang, sebuah persoalan remeh dapat memicu perdebatan atau persoalan sukar yang menghasilkan pertikaian. Di tengah kondisi yang seperti itu, tidak jarang manusia ingin meluapkan emosinya dan memenangkan pertikaian demi pemenuhan egonya. Setiap orang yang sedang bertikai cenderung ingin tampil sebagai pemenang yang diakui oleh orang lain. Namun, firman TUHAN pada hari ini justru mengingatkan kita tentang perlunya mengupayakan perdamaian sebagai langkah paling utama untuk menyelesaikan sebuah perkara.
Setiap umat TUHAN perlu memiliki kemampuan menghadapi perdebatan, pertikaian maupun konflik dengan kepala dingin untuk menyelesaikan masalah dalam cara yang paling damai. Kita tidak dapat membiarkan emosi maupun ego untuk menang sendiri menguasai diri di tengah konflik. Menyikapi masalah dalam relasi dengan hati yang panas justru cenderung memperumit keadaan dan membuat penyelesaian konflik semakin alot. Musa sudah memberikan teladan bahwa di tengah budaya hidup yang masih dipenuhi kekerasan sekalipun, langkah-langkah perdamaian harus menjadi yang terutama untuk diupayakan.