Sebagai umat TUHAN kita menjalani kehidupan beriman yang diiringi dengan sejumlah praktik pelatihan spiritualitas. Ada yang dilakukan berulang dalam kurun waktu yang berdekatan seperti ibadah minggu, maupun dalam kurun waktu yang cukup berjauhan. Ada praktik pelatihan spiritualitas yang umumnya dilakukan secara komunal, mupun dilakukan secara personal. Di tengah beragam bentuk pelatihan spiritualitas yang kita lakukan, semua pelatihan spiritualitas idealnya dilakukan untuk menumbuh-kembangkan kualitas iman dan komitmen kita kepada TUHAN. Kita dapat berlatih untuk memfokuskan hati dan pikiran kepada TUHAN, menempat kerendahan hati serta ketulusan diri sebagai umat yang hidup di dalam Diri-Nya. Namun, bagaimana jika semua pelatihan spiritualitas itu justru dilakukan sebagai bentuk manipulasi akal bulus?
Keputusan bersumpah untuk tidak makan maupun minum yang dilakukan oleh beberapa orang di dalam bacaan hari ini pun telah menjadi bentuk penyimpangan orientasi dari kebiasaan keagamaan itu sendiri. Mereka melakukannya demi tujuan yang menghadirkan celaka bagi orang lain. kegiatan itu pun tidak lagi menjadi cara bagi mereka untuk menahan diri dari segala bentuk kemunafikan, keangkuhan, dan niat jahat melainkan menjadi cara untuk mengabulkan semuanya. Inilah contoh kesalahpahaman dalam menjalani kegiatan iman yang perlu dihindari oleh setiap umat TUHAN.
Sahabat Alkitab, kiranya bacaan firman TUHAN pada hari ini dapat kita respons dengan sebuah kesadaran bahwa menjalani segala praktik spiritualitas semestinya menjadi pelatihan untuk membentuk kualitas iman yang semakin terarah kepada Kristus, bukan justru membuat kita semakin menjauh dari nilai kebenaran firman-Nya. Oleh sebab itu, mulailah dengan mengevaluasi orientasi dari setiap perilaku diri kita di hadapan TUHAN, dari setiap kegiatan pelatihan spiritualitas yang kita lakukan entah dalam ritus-ritus di ruang ibadah maupun rutinitas lainnya yang kita lakukan dalam ruang privat.