Orang Israel untuk kesekian kalinya bersungut-sungut dan menuntut Tuhan untuk mengabulkan permohonan mereka. Seolah tidak pernah puas dengan apa pun yang Tuhan berikan kepada mereka, orang Israel selalu memberikan tuntutan dalam segala sungut-sungut kepada Tuhan. Hal yang menarik adalah pada perikop ini Tuhan menuruti permintaan mereka untuk kesekian kalinya. Meskipun, pada bagian terakhir juga terlihat dengan sangat jelas bahwa terwujudnya keinginan orang Israel tidak serta-merta membuat iman mereka menjadi semakin teguh kepada Tuhan. Terdapat pernyataan dari Tuhan yang semestinya diterima oleh orang Israel sebagai peringatan mengenai kondisi iman mereka sendiri yaitu ketika Tuhan berkata, “Bukan hanya satu hari kamu akan memakannya, bukan juga dua hari, lima hari, sepuluh hari, atau dua puluh hari, tetapi genap selama sebulan, sampai daging itu keluar dari hidungmu dan sampai kamu muak. Sebab, kamu telah menolak TUHAN yang ada di tengah-tengah kamu dan menangis di hadapan-Nya sambil berkata: Untuk apakah kita keluar dari Mesir?... Apakah tangan TUHAN kurang panjang? Sekarang engkau akan melihat apakah firman-Ku terjadi atasmu atau tidak!”
Menghaturkan permohonan kepada Tuhan tentu bukanlah sebuah hal yang salah untuk dilakukan oleh seorang umat. Pada satu sisi, memohon kepada Tuhan merupakan salah satu tanda bahwa kita bergantung kepada Tuhan. Namun, pada sisi lain ada juga potensi masalah yang sangat mungkin terjadi. Lebih tepatnya, masalah itu muncul bukan karena umat menghaturkan permohonan kepada Tuhan, melainkan karena umat memaksakan tuntutan bahkan menjadikan tuntutan sebagai kunci hubungan antara mereka dengan Tuhan. Hal ini pula lah yang muncul dalam perikop bacaan firman Tuhan hari ini.
Sikap orang Israel yang gemar menuntut hingga bersungut-sungut kepada Tuhan semestinya cukup untuk kita jadikan pelajaran iman bahwa kita juga perlu mengelola diri kita sendiri dalam hubungan iman yang sehat dengan Tuhan, misalnya: kita memang dipersilakan untuk memohon kepada Tuhan, namun kita juga perlu memegang kendali atas diri kita sendiri agar tidak dikuasai oleh keingingan-keinginan yang semakin egosentrik hingga berujung pada kekerasan hati dan kebebalan iman; kemudian, kita juga perlu menyadari bahwa permohonan yang menuntut hanya akan semakin mempersulit kita menyadari keberadaan dan peran aktif Tuhan yang selalu ada bersama kita, seperti yang juga telah dilakukan oleh orang Israel melalui segala tuntutan dan sungut-sungutnya tersebut.