Setiap orang pasti punya orientasi kebahagiaannya masing-masing. Ada yang menganggap kebahagiaan terbesarnya dalam persoalan pendidikan, ada lagi dalam hal keuangan, yang lainnya dalam persoalan hubungan dan keluarga, atau juga dalam hal kekuasaan serta berbagai hal lain atau juga kombinasi dari beberapa di antaranya. Seluruhnya sangat bergantung pada hal yang dianggap paling penting dalam kehidupannya secara pribadi. Meski demikian, tetap diperlukan patokan, acuan, atau batasan agar sebuah kebahagiaan tidak berubah sifat menjadi negatif dan destruktif. Di dalam hidup beriman sebagai umat percaya, kebenaran firman TUHAN-lah yang menjadi acuan kita dalam membentuk dan menikmati kebahagiaan. Artinya, segala hal yang membahagiakan kita atau pun yang kita anggap sebagai kebahagiaan tidak dapat melanggar atau menyingkirkan nilai-nilai kebenaran firman TUHAN.
Sorak-sorai bangsa Israel di dalam perikop ini pun menjadi contoh dari disorientasi kebahagiaan, secara khusus yang telah melanggar firman TUHAN. Bangsa ini bersukacita atas hal yang tidak semestinya mereka anggap sebagai kebahagiaan. Patung lembu emas yang mereka anggap sebagai TUHAN tidaklah berperan sebagai simbol kehadiran kuasa Ilahi di tengah-tengah mereka, melainkan sebagai simbol rusaknya pertimbangan dan nilai-nilai iman dalam kebahagiaan bangsa Israel pada saat itu. Bagi mereka, keberadaan patung lembu emas adalah sebuah pengalaman yang patut dirayakan, namun dari perspektif iman yang sehat hal itu adalah sesuatu yang seharusnya menimbulkan kedukaan. Itulah mengapa Musa menghancurkan loh batu yang berisikan perintah TUHAN di hadapan bangsa Israel yang sedang mengalami disorientasi kebahagiaan. Tindakan Musa tersebut adalah simbol penolakan dan perusakaan terhadap nilai-nilai kebenaran firman TUHAN yang sedang dilakukan oleh bangsa Israel.
Sahabat Alkitab, kebahagiaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran firman TUHAN adalah bersifat semu yang tidak akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Misalnya, seorang pejabat negara yang merasa bahagia ketika mendapatkan uang banyak hingga ia tega melakukan korupsi uang rakyat. Setiap kita tentu ingin hidup bahagia. Namun, kita tetap perlu berpegang pada nilai-nilai kebenaran firman TUHAN agar kita terus bertumbuh di dalam-Nya. Jangan biarkan kita menolak dan merusak nilai-nilai tersebut hanya demi mengalami kebahagiaan yang bertentangan dengan firman TUHAN.