Kesaksian Musa pada bagian ini semestinya cukup menampar setiap umat Tuhan, secara khusus, yang masih menganggap relasi antara ia dengan Tuhan sebagai investasi untuk memperkaya diri atau memenuhi dirinya sendiri dengan segala kenyamanan materiel. Mengapa demikian? Bagian dari nyanyian Musa ini telah menunjukkan bahwa hal terpenting di hadapan Tuhan dan yang paling Ia inginkan adalah kehadiran umat-Nya. Tuhan tidak memandang segala kekayaan materiel atau apa pun selain umat-Nya sebagai hal yang paling utama.
Melalui nyanyian ini Musa juga telah mempersaksikan bahwa di dalam relasi antara Tuhan dengan umat-Nya, Tuhan memang tidak pernah mengutamakan segala hal materiel. Malahan Tuhan lah pihak yang selalu memberikan segala kebutuhan material kepada umat-Nya, mulai dari tanah sebagai tempat bagi mereka untuk membangun kehidupan dan beragam kelimpahan kekayaan materiel. Namun, Tuhan tidaklah mengindahkan hal lain selain umat-Nya itu sendiri. Meskipun Tuhan memberikan segala hal materiel kepada umat-Nya, namun Tuhan tidak mengharapkan balik pemberian materiel dari umat-Nya. Tuhan hanya menginginkan umat-Nya, bukan segala kekayaan yang ada pada mereka yang juga merupakan pemberian dari-Nya.
Sahabat Alkitab, kita perlu berani mempertanyakan kepada diri sendiri mengenai motivasi dari relasi yang kita jalani dengan Tuhan. Apakah kita sudah sungguh-sungguh memberikan hidup secara penuh kepada Tuhan atau masih sering melakukan tawar-menawar demi kenyamanan diri sendiri? Apakah kita sudah cukup tulus berelasi dengan Tuhan atau justru masih menyelipkan agenda-agenda personal demi kelimpahan material dari Tuhan? Sungguh disayangkan ketika seorang umat Tuhan masih memandang relasi dengan Tuhan sebagai model investasi yang dapat menghadirkan kelimpahan materiel, ketika Tuhan justru hanya menginginkan kehadiran umat-Nya secara penuh untuk Diri-Nya.