Bagi generasi muda maupun yang cukup senang dengan film pahlawan super Spiderman tentu sudah tidak asing dengan kalimat, “With great power there must also come great responsibility”. Pernyataan ini ditujukan untuk menyadarkan tokoh Peter Parker alias Spiderman bahwa dirinya memiliki potensi besar yang tidak dapat dipergunakan sewenang-wenang apalagi disia-siakan. Potensi yang ada pada dirinya telah membawa ia untuk bertanggung jawab dalam skala besar, tidak lagi hanya untuk diri sendiri melainkan untuk banyak orang di sekitarnya. Konsep tanggung jawab atas potensi ini pun sebenarnya tidak baru muncul melalui ide Stan Lee si penulis komik, melainkan sudah pernah diungkapkan oleh rasul Paulus tentunya dalam suasana dan cara yang berbeda.
Di tengah berbagai dinamika kondisi internal jemaat di Korintus, Paulus tetap mampu melihat mereka secara objektif. Secara khusus, Paulus mendapati adanya sebuah potensi besar yang dimiliki jemaat di Korintus yang tidak hanya berguna bagi mereka sendiri melainkan juga bagi banyak jemaat di kota-kota lain. Itulah mengapa, pada ayat 1 Paulus menuliskan, “Aku telah tahu kerelaan hatimu tentang mana aku megahkan kamu kepada orang-orang Makedonia… Dan kegiatanmu telah menjadi perangsang bagi banyak orang.” Pujian ini tidaklah ditujukan untuk memuaskan ego para jemaat di Korintus, melainkan untuk menjadi teladan yang memengaruhi jemaat-jemaat lain agar bersedia ikut melakukan potensi baik yang mereka miliki. Inilah bukti bahwa setiap potensi baik pada diri seseorang atau komunitas selalu berpeluang untuk menyebarkan perubahan dalam skala yang jauh lebih besar.
Melalui perikop ini Paulus tidak hanya menyebutkan perihal harapannya menjadikan jemaat Korintus sebagai teladan bagi jemaat di kota-kota lain tetapi juga memberikan kesadaran pada mereka agar tidak menyia-nyiakan potensi tersebut. Terlebih lagi, Paulus ingin membuka pikiran para jemaat di Korintus bahwa potensi itu telah membawa mereka kepada sebuah tahap untuk bertanggung jawab dengan lebih besar juga. Pada saat Paulus menjadikan mereka sebagai teladan, sesungguhnya mereka tidak lagi cukup untuk memikirkan diri sendiri tetapi juga kondisi jemaat-jemaat lain yang telah menjadikan mereka sebagai teladan atau poros pembangunan pelayanan. Banyak pihak yang akan menjadi hancur ketika jemaat di Korintus tidak dapat mengoptimalkan potensi dan bertanggung jawab atasnya. Itulah sebabnya, Paulus menuliskan, “Aku mengutus saudara-saudara itu, agar kemegahan kami dalam hal ini atas kamu jangan ternyata menjadi sia-sia, tetapi supaya kamu benar-benar siap sedia seperti yang telah kukatakan, supaya apabila orang-orang Makedonia datang bersama-sama dengan aku, jangan mereka mendapati kamu belum siap sedia…”.
Sahabat Alkitab, marilah kita cermati diri dan menyadari segala potensi yang ada pada diri kita. Jangan biarkan itu semua menjadi sia-sia, yang akan merugikan diri sendiri maupun membawa dampak buruk pada orang-orang di sekitar kita, hanya karena ketidakmampuan diri dalam mengolah dan mengoptimalkan potensi tersebut. Tuhan telah memberikan itu semua sebagai karunia, jadi marilah kita gunakan, optimalkan dan sebarkan.