Apa yang biasanya anda lakukan ketika diperhadapkan pada sebuah konflik atau masalah tertentu dengan orang lain? Setiap orang tentu memiliki tindakan yang berbeda yang biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya: jenis masalah yang dihadapi; pengalaman yang telah membentuk karakternya sebagai seorang manusia; maupun cara pandang yang dibentuk oleh berbagai pengajaran, termasuk hidup keimanannya. Namun, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana seorang umat TUHAN perlu bersikap menghadapi konflik? Bagaimana kita dapat merefleksikan hal ini berdasarkan tulisan Paulus? Nilai apa saja yang dapat kita resapi agar mampu menghadapi konflik sesuai dengan terang firman TUHAN?
Kita perlu memahami terlebih dulu bahwa tulisan ini merupakan cara Paulus secara terang-terangan membahas perihal konflik yang terjadi antara ia dengan sekelompok orang yang menolak keberadaannya di tengah jemaat di Korintus. Secara lebih spesifik, Paulus sedang menunjukkan sikapnya dalam menghadapi orang-orang tersebut. Hal yang menarik muncul di dalam tulisan ini adalah Paulus tidak berfokus kepada para individu yang berkonflik dengannya, melainkan kepada pokok utama masalahnya. Itulah mengapa, pada ayat 5 Paulus menekankan upayanya untuk ‘mematahkan siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia’. Paulus tidak menghancurkan citra atau nilai mereka sebagai manusia melainkan menentang segala pokok utama pemikiran yang merupakan sumber masalah dalam konflik tersebut. Kebijaksanaan paulus dalam merespons konflik, yakni dengan cara memisahkan pokok utama permasalahan dari si individu pun menjadi sebuah sikap beriman yang dapat dijadikan teladan menghadapi konflik.
Sahabat Alkitab, seberapa sering kita kesulitan untuk membedakan masalah utama dari si individu pada saat kita berada dalam sebuah konflik? Maksudnya, tidak jarang sebuah komunitas, entah dalam keluarga, organisasi, bahkan sebuah gereja, harus menghadapi keretakan karena ketidakmampuan para individu untuk mengelola konflik. Kita perlu menerima kenyataan bahwa konflik akan sangat mungkin muncul di dalam sebuah sistem hidup bersama. Hal penting yang perlu diperhtikan adalah ‘bagaimana kita menghadapi dan mengelola konflik tersebut’. Pada hari ini, kita pun mendapatkan sebuah pelajaran dari firman TUHAN agar dapat merespons masalah utama dalam konflik tanpa harus menimbulkan kebencian personal pada individu lainnya. Tentu hal ini menjadi sebuah ‘pekerjaan rumah’ yang tidak mudah karena seringkali orang terlanjur benci pada saat berkonflik dengan orang lain. Padahal, Paulus menunjukkan bahwa cara yang lebih efektif untuk mengelola konflik adalah menghindari kebencian personal dan berfokus pada sumber masalah.