Penulis Ibrani di sini menyandingkan Yesus dengan Musa dalam teladan kesetiaan, namun dengan menempatkan posisi Yesus lebih tinggi. Yesus telah menunjukkan kesetiaan-Nya kepada Bapa-Nya untuk melakukan tugas penyelamatan kepada manusia bagi kemuliaan Allah Bapa. Penulis mengambil kiasan tentang rumah, di mana Musa adalah pekerja di dalam rumah itu sementara Yesus adalah yang membangun rumah itu, di mana yang membangun jauh lebih terhormat daripada yang bekerja pada rumah itu.
Sahabat Alkitab, dalam menjalani panggilan Allah, Musa adalah pribadi yang sangat setia. Memimpin umat yang tegar tengkuk namun tetap melakukannya karena Allah. Yesus adalah teladan tertinggi dalam kesetiaan. Ia setia mengerjakan apa yang ditugaskan Allah Bapa kepada-Nya, yaitu menanggung dosa dunia yang justru menolak dan menyalibkan-Nya. Yesus setia memikul cawan murka Allah, menanggung penderitaan yang begitu hebat agar misi-Nya terlaksana. Kesetiaan adalah mata yang mudah untuk diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Dalam kebahagiaan mungkin mudah mengikut Tuhan, tetapi dalam penderitaan belum tentu. Ketika keadaan seperti dalam kendali kita tidak sulit untuk tetap mengikut Tuhan dan berkata, "Tuhan itu baik", namun bagaimana jika keadaan justru tidak terkendali? Marilah kita belajar dari Musa terlebih dari Yesus Kristus, Tuhan kita, yang walaupun keadaan tidak seperti yang diinginkan namun tetap setia mengikut dan melaksanakan kehendak Allah.
Kesetiaan itu mahal harganya, Allah sangat menghargai tinggi orang-orang yang setia kepada-Nya. Adakah kita ada di situ?
Salam Alkitab Untuk Semua