Perilaku ‘memberi’ tentu menjadi sesuatu yang baik untuk dilakukan, asalkan tetap berada dalam konotasi yang sehat dan baik. Meski demikian, ‘memberi’ tidak selalu menjadi hal mudah untuk dilakukan. Ada beberapa tantangan yang sangat mungkin muncul dalam perilaku ‘memberi’, yakni perihal ketulusan dan modal. Tidak semua pemberian dilakukan dalam ketulusan. Hal ini tentu sulit dilakukan oleh orang-orang yang lebih mementingkan pengaruh bagi dirinya sendiri, termasuk pada saat ia memberikan sesuatu kepada orang lain. Orang yang demikian akan lebih memikirkan perihal ‘apa dampaknya bagi saya’ dibanding ‘dampak apa yang dapat ia rasakan dari pemberian saya’. Kemudian, ada orang yang merasa terhalang untuk memberi karena merasa tidak memiliki modal. Maksudnya begini, ada orang yang ingin memberi, namun merasa tidak memiliki modal apa pun untuk diberikan. Alhasil, ia pun memilih untuk mengubur niat ‘memberi’ tersebut. Apakah anda pernah berada pada salah satu dari dua kondisi tersebut?
Sekarang, marilah kita melihat perilaku Petrus di dalam perikop ini, yakni ketika ia menyembuhkan seorang yang sudah lumpuh sejak lahir. Hal yang menarik adalah si orang lumpuh tidak berniat untuk mencari kesembuhan dari Petrus, melainkan ia bermaksud untuk meminta sedekah dari orang-orang yang datang ke Bait Allah (sebuah praktik yang umum dilakukan dalam tradisi masyarakat Israel kuno untuk memperhatikan orang lemah). Di dalam perikop ini pun sudah tergambar dengan jelas bahwa Petrus tergerak untuk memberikan sesuatu kepada si orang lumpuh. Persoalannya adalah entah Petrus maupun Yohanes pada saat itu tidak membawa uang yang dapat mereka berikan kepadanya. Namun, hal itu bukanlah penghalang bagi Petrus untuk memberi. Justru, Petrus memberikan hal yang jauh lebih besar dari apa yang sebelumnya diminta oleh si orang lumpuh. Doa yang dipanjatkan oleh Petrus dan Yohanes pun menjadi pemberian dengan dampak yang melampaui permintaan si orang lumpuh.
Sahabat Alkitab, terdapat banyak cara bagi umat Tuhan untuk memberi. Sebuah pemberian pun tidak melulu berkutat pada persoalan materi atau harta benda, melainkan juga dapat mewujud dari berbagai hal yang kita miliki seperti tenaga, kesabaran dalam mendengar, kerendahan hati, doa, dan hal lain yang merupakan perwujudan dari iman yang murni di dalam Yesus Kristus.. Bahkan, pada dasarnya setiap umat Tuhan selalu memiliki modal untuk memberi, yaitu imannya kepada Tuhan. Ingatlah bahwa pemberian yang Petrus lakukan kepada si orang lumpuh merupakan bagian dari imannya kepada Tuhan sehingga si orang lumpuh mendapatkan lebih dari yang ia minta. Iman itu pula yang menjadi modal paling mendasar pada setiap umat Tuhan menjadi saluran berkat bagi setiap orang yang ada di sekitarnya. Jadi, masih beratkah kita untuk memberi?