Kematian yang dialami Safira memang mengenaskan, seperti yang juga dialami oleh suaminya, Ananias. Terdapat dua persamaan terkait kematian Ananias dan Safira, yaitu: Pertama, mereka mengalami kematian akibat ketidakjujuran di hadapan Tuhan dan seluruh anggota jemaat; Kedua, kematian yang mereka alami telah menimbulkan ketakutan pada diri setiap anggota jemaat. Lantas, mengapa kematian mereka berdua menjadi peristiwa penting yang mendapatkan perhatian khusus dalam catatan Kisah Para Rasul?
Kita perlu memahami bahwa ketakutan yang dialami oleh seluruh jemaat yang menyaksikan dan mengetahui nasib Ananias dan Safira merupakan sebuah pengalaman yang baik dalam pertumbuhan iman mereka. Lantas, apakah hal ini berart iman yang baik semestinya bertumbuh dari sebuah ketakutan? Tentu tidak sesederhana demikian. Kita perlu meluruskan terlebih dahulu makna dari ketakutan yang dialami oleh para anggota jemaat saat itu. Ketakutan yang ditampilkan oleh penulis Kisah Para Rasul bukan menekankan pada keterpaksaan jemaat dalam mengikut Tuhan. Justru, pengalaman ‘ketakutan’ yang muncul dalam peristiwa kematian Ananias dan Safira merupakan bentuk kesadaran pada diri jemaat terhadap dampak yang ditimbulkan dosa. Kematian itu telah membangkitkan kesadaran bahwa mereka tidak boleh bermain-main dengan dosa.
Sahabat Alkitab, setelah kita mencermati nilai kejujuran dan soliditas dalam hidup berkomunitas melalui peristiwa kematian Ananias dan Safira, kini kita pun diperhadapkan pada sebuah nilai permenungan tentang konsekuensi dosa. Nampaknya kita perlu mengakui dan merendahkan hati di hadapan Tuhan bahwa, entah sadar maupun tidak sadar, kita seringkali bernegosiasi dengan kuasa dosa. Kita pun perlu mawas diri dan memiliki pemahaman yang kritis terhadap segala bentuk perilaku yang dapat mendatangkan dosa. Sungguh sangat disayangkan kalau semakin banyak umat Tuhan yang justru mulai berkompromi dengan dosa hingga menganggap rendah komitmen beriman kepada Tuhan. Cukuplah perilaku Ananias dan Safira yang telah merendahkan kasih Tuhan dan iman kepada-Nya. Biarlah ketakutan yang dialami oleh jemaat dalam peristiwa kematian Ananias dan Safira dapat menjadi pengingat bagi setiap kita terhadap pentingnya menjaga kualitas hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak merendahkan nilai iman sebagai dasar relasi dengan Tuhan.