Keberadaan para umat Tuhan di kota Yerusalem pada masa-masa perdana perkembangan murid Yesus Kristus memang tergolong unik. Terdapat dinamika status yang dialami, entah oleh para rasul maupun para anggota jemaat lainnya. Pada ayat 12-16, kita dapat melihat perihal sikap dari masyarakat Yerusalem yang tidak dapat digolongkan menolak tapi juga tidak sepenuhnya menerima keberadaan jemaat. Kebiasaan para rasul dan jemaat yang berkumpul secara rutin di Serambi Salomo, salah satu bagian dari kompleks Bait Suci, telah menunjukan bahwa seluruh masyarakat Yahudi di kota Yersualem mengetahui dengan jelas keberadaan mereka sebagai murid Kristus. Hal ini sangat dapat diyakini mengingat Bait Suci merupakan tempat utama dalam peribadahan masyarakat Yahudi saat itu yang selalu ramai dikunjungi oleh orang banyak. Catatan pada ayat 13 pun telah dengan sangat lugas menggambarkan dinamika relasi antara para murid dengan masyarakat Yahudi lainnya, bahwa “Orang-orang lain tidak ada yang berani menggabungkan diri kepada mereka. Namun mereka sangat dihormati orang banyak.” Bahkan, terdapat semacam ketergantungan dari masyarakat umum, terkhusus yang mengalami sakit, terhadap kehadiran para rasul seperti yang tercatat pada ayat 16, “Dan juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyun-duyun serta membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat. Dan mereka semua disembuhkan.”
Kisah hidup para rasul Kristus dan jemaat yang dicatat pada bacaan Alkitab hari ini telah menampilkan kepada kita mengenai nilai kehadiran diri sebagai umat percaya di tengah masyarakat yang belum tentu sepemahaman dengan kita. Keberadaan jemaat di tengah masyarakat pada masa itu tidak dapat dikategorikan nyaman dan tanpa masalah. Namun, kebiasaan mereka untuk selalu bersekutu dan kesediaan mereka yang selalu hadir di tengah masyarakat untuk membagikan karunia dari Tuhan bagi setiap orang yang mencarinya merupakan wujud kesaksian yang teguh. Tampilnya para rasul dan anggota jemaat di tengah publik bukan bertujuan untuk mencari popularitas, melainkan sebagai wujud kesaksian dan praktek menghidupi iman yang nyata di tengah dunia.
Nilai pembelajaran dari firman Tuhan ini perlu terus kita cermati sepanjang waktu kehidupan. Sebagai murid Yesus Kristus, kita tidak dapat menuntut situasi maupun kondisi hidup yang selalu mudah dan nyaman bagi kita menjadi saksi-Nya di tengah dunia. Justru, kita perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi beragam dinamika kehidupan dengan keteguhan iman sebagai saksi Kristus yang membawa karunia Tuhan bagi dunia.