Ketakutan Nasional dan Hikmat dari Yesaya 8 | Lady Mandalika

Berita | 12 April 2025

Ketakutan Nasional dan Hikmat dari Yesaya 8 | Lady Mandalika



Kitab Yesaya merupakan salah satu karya profetik dalam Perjanjian Lama yang sarat kritik sosial dan peringatan ilahi di tengah situasi politik dan sosial yang penuh ketegangan. Di dalamnya, kita menemukan tidak hanya teguran terhadap pemimpin dan masyarakat, tetapi juga seruan untuk bertahan dan membangun harapan kolektif sebagai umat Allah. Dalam konteks ketakutan nasional yang melanda Yehuda dan Israel, hikmat Yesaya tampil sebagai suara kenabian yang melampaui situasi zamannya dan tetap relevan untuk dibaca ulang dalam realitas kita hari ini.


Yesaya dan Kritik Sosial: Suara Keadilan di Tengah Krisis
Kitab Yesaya secara konsisten menunjukkan keberpihakannya terhadap keadilan dan kebenaran. Kritik sosial yang disampaikan Yesaya tidak bersifat destruktif, melainkan membangun. Kritik ini diarahkan terutama kepada mereka yang memegang kekuasaan—raja, para pemimpin, dan elit masyarakat—yang telah menyalahgunakan wewenangnya untuk keuntungan sendiri dan mengabaikan kepentingan umum.


Yesaya 5, misalnya, menyuarakan kecaman terhadap ketidakadilan dengan seruan-seruan seperti “Sungguh celaka yang menyebut kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit” (Yesaya 5:20 TB2). Seruan ini bukan sekadar penghakiman moral, tetapi sebuah peringatan bahwa manipulasi terhadap kebenaran dan keadilan akan membawa kehancuran kolektif. Di sinilah peran kenabian Yesaya menjadi penting, ia menyuarakan suara Tuhan kepada bangsa yang telah menyimpang dari terang menuju kegelapan.


Konteks Ketakutan: Perang Suriah-Efraim dan Respon Kepemimpinan
Krisis ketakutan nasional yang melanda Yehuda terutama berakar pada ancaman eksternal dan kelemahan internal. Dalam konteks Perang Suriah-Efraim, Israel dan Damaskus bersatu menekan Yehuda agar ikut dalam koalisi melawan Asyur. Raja Ahaz, dalam kepanikannya, memilih untuk tidak mendengar nasihat nabi Yesaya yang menyerukan kepercayaan kepada Tuhan dan solidaritas nasional, melainkan mencari pertolongan dari Asyur (Yesaya 7–8).


Keputusan Ahaz ini mencerminkan kecenderungan para pemimpin untuk memilih “air Sungai Besar”—simbol kekuatan militer dan politik asing—daripada “air Syiloah” yang mengalir perlahan—simbol iman, keadilan, dan ketenangan hidup bersama di bawah perlindungan Tuhan (Yesaya 8:6-8). Di sinilah ketakutan nasional berubah menjadi krisis iman kolektif.


Di tengah ancaman kehancuran dan ketakutan yang menyelimuti bangsa, Yesaya menyampaikan pesan yang sangat tegas dan profetik, “Jangan anggap persekongkolan segala yang disebut bangsa ini persekongkolan, apa yang mereka takuti janganlah kamu takuti dan janganlah gentar. Tetapi, TUHAN Semesta Alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah kamu takut dan terhadap Dialah kamu gentar.” (Yesaya 8:12-13). Seruan ini tidak hanya menyerukan kepercayaan kepada Tuhan, tetapi juga mengkritisi ketakutan yang disebarkan secara sistematis untuk mengendalikan dan membungkam masyarakat. Ketakutan dijadikan alat kekuasaan, dan Yesaya menolak untuk tunduk pada logika itu.


Yesaya tidak berhenti pada kritik, tetapi menawarkan jalan keluar: bertahan dalam iman dan keadilan sosial. Hikmatnya terletak pada seruannya agar bangsa tetap bersolidaritas dengan kaum miskin dan tertindas, serta tetap mengusahakan perdamaian dan keadilan sebagai prioritas utama, bukan memperkuat kekuasaan melalui aliansi politik yang menyesatkan (Yesaya 5:8, 11).


Pesan Yesaya bersifat kolektif: kebangkitan moral dan sosial hanya dapat terjadi jika umat secara bersama-sama menolak takut, menolak tunduk pada ketidakadilan, dan mulai bergerak sebagai komunitas pembawa terang (Yesaya 9:1).


Relevansi Kontekstual bagi Indonesia Saat Ini
Dalam konteks Indonesia saat ini, kita dihadapkan pada “masa gelap” atau poli krisis: ketidakpastian ekonomi, kebijakan pemerintah yang minim kajian, kekhawatiran akan militerisme, dan ketiadaan keberpihakan pada rakyat kecil. Ketakutan tersebar, baik secara struktural maupun kultural, dan masyarakat kerap dibungkam untuk tidak menyuarakan kebenaran.


Pesan Yesaya berbicara langsung kepada kondisi ini, “Apa yang mereka takuti janganlah kamu takuti dan janganlah gentar.” Ketika kritik sosial dianggap subversif, Yesaya mengajarkan bahwa kritik adalah bagian dari tanggung jawab etis dan spiritual komunitas iman. Gereja dan umat beragama memiliki peran kenabian untuk tidak sekadar diam, tetapi bersama-sama bergerak menghadapi ketidakadilan. Kita dipanggil untuk menjadi terang yang bersinar di tengah kegelapan, sekecil apapun cahaya itu. Seperti para petani di Sumba dan Poso yang terus berjuang mempertahankan tanah dan martabat hidupnya, kita diajak untuk bertahan dalam resistensi terhadap ketidakadilan dan tidak tunduk pada ketakutan.


Hikmat Yesaya adalah hikmat untuk masa krisis, mengingatkan bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada aliansi militer atau kekuasaan politik, tetapi pada keadilan, kebenaran, dan iman kolektif kepada Tuhan. Ketakutan nasional bukanlah alasan untuk menyerah, melainkan panggilan untuk bangkit bersama dalam solidaritas. 


“Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar…” (Yesaya 9:1). 

Siapkah Anda berjalan bersama ke arah terang itu?




Kamu mungkin juga menyukai

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia